41

1.9K 434 139
                                    

[disarankan menggunakan background cream]

Gue berdiri di ambang pintu, tampak koridor sekolah udah lumayan sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue berdiri di ambang pintu, tampak koridor sekolah udah lumayan sepi. Hanya satu-dua murid yang melintas. Sorot mata gue masih linier pada pemuda yang berdiri bersandar tembok. Ia menenteng tas, tentu karena udah jam pulang sekolah. Gue tadi emang kaget lihat keberadaannya di sini, tapi gue juga seneng. Siapa juga yang nggak seneng kalau kesayangannya dateng?

"Chan?"

Gue memanggil, tapi ia nggak berpaling, masih memandang ke arah lain. Gue bahkan ngikutin arah pandangnya ke koridor. Di sana nggak ada apa-apa, cuma lorong kosong.

"Haechan!"

Gue menghampiri dan berhenti tepat di depannya. Bentar, deh. Siapapun orangnya, kalau ada orang lain dateng di depannya gini pasti sadar, kan? Bahkan, biasanya sebelum sampai sedeket ini langsung nengok. Kok ini malah diem aja?!

Aneh.

Padahal waktu gue keluar kelas, tatapan gue sama dia sempet ketemu. Dia aja yang buang muka. Tapi, sekarang ... Donghyuck sama sekali nggak ngubah arah pandangnya. Kukuh banget ngelihat sesuatu yang nggak jelas.

"Haechan?"

Gue berjinjit, mencoba nyamain tinggi cowok di depan gue sambil ngehalangin arah pandangnya. Dia melengos! Kepalanya langsung berputar ke arah lain, noleh ke kiri, ngehindarin gue yang udah di depan mata. Gue tertohok bukan main.

"Chan?"

Dia ke kanan.

"Haechan?"

Ke kiri lagi.

"Haechan!"

Ke kanan.

"Kya! LEE HAECHAN?!"

Oke, kesabaran gue udah habis sampe teriak kayak barusan. Dada gue naik turun, udah kayak lari keliling lapangan. Padahal cuma ngikutin tuh anak nengok-negok nggak jelas.

Sumpah ya, dia noleh ke kanan, gue udah ke kanan. Dia noleh ke kiri, gue udah ke kiri! Masak, iya, gue nggak bisa dilihat?! Gue masih hidup, woy! Badan gue juga nggak transparan kayak di drama-drama romance-fantasy yang isinya hantu gentayangan jatuh hati sama manusia!

Dia ini kenapa, sih?! Gue pikir, dia lagi nungguin gue?! Mau nemenin gue pulang atau apa gitu? Gila, ternyata gue salah besar. Dia dipanggil, nggak nyahut, diem doang. Sok-sokan nggak lihat gue. Mana mukanya datar, ngeselin gitu. Maunya apa coba?! Bodo amat lah. Gue lagi capek. Mending gue balik aja.

Gue menghentak lantai, memberikan sinyal peringatan terakhir. Seenggaknya, gue mau nunjukin ke dia kalau gue udah nyerah. Gue kemudian menjauh dari Donghyuck tanpa bilang apa-apa buat pamitan. Lagian, dia duluan yang diemin gue dan malah bikin gue kesel. Jadi, jangan salahin gue kalau gue udah nggak peduli.

Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang