05

4.6K 868 408
                                    

[disarankan menggunakan background hitam]

Kira-kira pukul delapan malam, gue sudah mengendarai motor sport putih gue untuk membelah jalanan Seoul ke pinggiran kota menuju sirkuit reloading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kira-kira pukul delapan malam, gue sudah mengendarai motor sport putih gue untuk membelah jalanan Seoul ke pinggiran kota menuju sirkuit reloading. Kemana lagi gue mau pergi kalau enggak ke sana? Terlebih, kabar mengenai kedatangan 127 SQUAD membuat gue tambah antusias.

Siapa tau gue bisa ketemu sama ketua geng motor terkeren seantero Seoul bernama Lee Taeyong itu, kan? Laju motor gue melambat begitu hampir memasuki gerbang. Sejenak, gue amati muka depan sirkuit reload dan sebuah layar LED besar.

Woah, Renjun mengganti papan kuno itu dengan layar LED? Batin gue terkagum-kagum. Bisnis reloading sepertinya maju pesat.

Layar LED itu sama seperti papan sebelumnya yang menampilkan peringkat pembalap di reloading. Tapi, tunggu dulu, apa itu―

=======

Racers Rank of Reloading
Jinju, Choi
Haechan, Lee
Jeno, Lee

=======

―nama gue?

Gue terbelalak, lantas buru-buru memasuki sirkuit dan memarkirkan motor. Gue mengendarkan pandang, mencoba mencari presensi anak-anak anggota utama reload. Namun, tak hanya sekumpulan anak laki-laki yang gue dapati, tetapi deretan layar LED yang mengitari tribun. Lagi-lagi, gue melihat nama gue terpampang di layar LED berjalan itu. Tak berselang lama, sorot mata gue menangkap sosok Renjun dan kawan-kawan sedang berada di dekat garis start. Gue lantas berlari, ingin segera meminta penjelasan atas segala yang gue lihat.

"Kya! Huang Renjun!" Jerit gue memanggil pemuda berdarah tiongkok itu. "Apa-apaan, nih?!"

Gue menunjuk seluruh layar LED di tempat itu. Sedangkan, Renjun hanya tersenyum.

"Keren, kan?" Sahut Renjun dengan bersedekap.

Gue menelan ludah susah payah, tenggorokan gue terasa sangat kering, lalu mulai berucap, "Gue, kan, udah bilang sama elo. Gue nggak butuh nama gue dipajang di sana! Mana sekarang pake layar LED, sangat mencolok mata, tau?!"

"Denger, Jinju-ya," ucap Renjun dengan nada suara yang serius, bahkan terkesan mengancam. "Elo kemaren enggak mau Haechan ngelanggar aturan reload, kan? Begitu juga elo. Elo nggak boleh dan nggak bisa ngelanggar aturan di sini. Sekali lo mutusin balapan. Mau nggak mau, nama lo udah ada di jajaran reload. Paham?"

Gue tertunduk, kepala gue terasa berat. Gue sama sekali nggak menginginkan ini. Tapi, semua yang dikatakan Renjun ada benarnya. Gue enggak bisa ngelak. Gue kemudian hanya dapat mendengus lemah.

"Ju-ya! Di sini!"

Suara yang sangat familiar itu memanggil nama gue. Gue spontan mencari sumber suara yang rupanya berada di pinggir garis start. Dia adalah Lee Donghyuck. Pemuda berbomber merah yang bersandar badan pada Nissan GT-R milik Zhong Chenle.

Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang