35

2.3K 479 173
                                    

[disarankan menggunakan background hitam]

Hamparan bintang malam kemarin telah hilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hamparan bintang malam kemarin telah hilang. Hanya gelap mencekam dan awan kelam di atas sana. Gue menarik napas panjang. Embusan angin malam ini pun terasa berbeda, tercium aroma lembab dan bau tanah. Untuk beberapa saat, gue masih termenung menatap langit.

"Mark Hyung ... dia temen yang berharga bagi gue."

Suara Donghyuck berdengung di telinga. Kalimat itu masih menyisakan misteri di benak gue.

"Mark?" Gumam gue mengingat kejadian di paddock.

Tiba-tiba perasaan gue jadi suram. Cowok itu ... ya, cowok itu. Cowok yang jahat kayak dia? Berharga? Gue nggak salah denger, kan? Dari jutaan manusia di muka bumi ini, kenapa Mark?

Gue jadi inget sesuatu. Malam di Neo Zone, beberapa hari lalu. Donghyuck minta maaf atas perbuatan Mark ke gue. Gue masih heran, kenapa Donghyuck yang minta maaf? Apa mereka beneran teman baik? Tapi, kenapa Donghyuck seolah balesin perbuatan Mark ke gue? Luka dia waktu itu ... gara-gara berantem sama Mark, kan?

Sialan.

Banyak sekali tanda tanya dan gue nggak tau pasti jawabannya. Sekali lagi, gue harus akui, gue emang nggak tau apa-apa. Gue⸺

Tes.

Setitik air tiba-tiba membasahi pergelangan tangan, menginterupsi gejolak batin.

"Ju-ya?"

"Ne?!"

Gue menyahut kaget hingga berlonjak. Atensi gue yang tadinya masih terpusat pada setitik air, kini beralih. Gue menoleh dan mendapati Donghyuck yang udah ambil motor dan berada di samping.

"Oh, Haechan-ah."

"Duluan," ucapnya.

Gue yang paham maksud Donghyuck lantas memasang helm. Sedari tadi, gue emang cuma nangkring di atas motor dan melamun. Setelah merasa siap, gue mengangguk sekilas pada Donghyuck, lalu melajukan motor menuju garis start.

Aspal hitam ini terlihat semakin panjang dari biasanya. Gugup. Di depan, gue bisa lihat Taeyong dengan motor kuningnya itu. Napas gue mulai nggak teratur. Gue berusaha memenangkan diri, walaupun nyatanya sangat sulit.

Tenangin diri lo, Choi Jinju! Tetap tenang. Lakuin kayak latihan. Lo bisa. Lo pasti bisa.

Gue berhenti tepat di belakang garis putih dan menoleh ke kiri. Memperlambat detik, gue mengamati pemuda berambut peach yang tengah memasang helm itu lamat-lamat. Leader 127. Nggak disangka, gue bisa satu lintasan sama dia.

Lee Taeyong. Sosok yang jadi idola gue sejak tau dunia balap motor. Sosok yang gue kagumi. Sosok yang sering gue tonton aksinya di internet. Sekarang, sosok itu ada di samping gue. Lucunya, dia anggap gue rivalnya.

Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang