56

919 144 12
                                    

[disarankan menggunakan background hitam]

Udah beberapa jam berlalu sejak Mark memasang kacamata baca di pangkal hidung dan menuturkan berbagai rancangan persiapan pertandingan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udah beberapa jam berlalu sejak Mark memasang kacamata baca di pangkal hidung dan menuturkan berbagai rancangan persiapan pertandingan mereka. Lensa nyaris bulat itu mengingatkan gue pada sosoknya sebelum lulus. Gue masih ingat, satu-satunya kakak kelas yang sering terlihat menghabiskan waktu istirahat dengan adik kelas dibanding teman sebayanya. Si lugu, si murah senyum, dan si pemetik senar gitar yang menghidupkan kembali suasana hati para murid yang melintas di halaman depan berkat nyanyiannya hampir setiap jam pulang sekolah. Dia adalah Mark Lee, leader DREAM. Dulu.

Isi kepala gue malah melayang-layang, jadi kurang fokus pada jari telunjuk Mark yang menelusuri gambar pada lembar cetak biru. Dia berkata sambil sesekali menatap lekat salah satu dari kami bergantian. Menegaskan beberapa hal yang menjadi tanggung jawab masing-masing. Mark tampak sungguh memastikan bahwa tiap dari kami mengambil bagian, terlibat, dan bukan bawang kosong. Hebat, satu kata itu yang terlintas di benak gue kala memerhatikan pemuda itu memimpin diskusi. Di kala gue masih meragukan perannya sebagai leader, pemuda Lee itu malah bikin gue kagum akan kepemimpinan dia yang serius sekaligus santai.

"Nggak kerasa, ternyata udah lama gue nggak lihat lo seserius tadi," tutur Renjun begitu kami hendak pergi dari markas reload. Mark yang paham kalau pernyataan barusan ditujukan padanya lantas menoleh.

"Ya, kan, biasanya kalau sama dia isinya lawak doang," imbuh Donghyuck yang nggak tau dari mana asalnya langsung merecoki. Dia berniat menggoda, namun dibalas ringisan acuh Mark dan nggak ditanggapi lebih. Kasihan. Dikacangin.

"Sorry udah bikin lo nanggung semua yang gue tinggalin waktu itu, Renjun-ah," ucap Mark beralih menanggapi Renjun. Suasana di sekitar mereka berubah agak serius. Dari yang gue tau, kayaknya Mark membahas kepergian dia dari reload setahun lalu. Ya, mau gimana pun juga, gue yakin, keluarnya dia dari reload pasti berimbas sama solidaritas tim.

"Gue mungkin nggak sesabar lo buat ngurus bocah setan macem mereka, tapi nggak tau kenapa ... gue masih aja di sini," sahut Renjun diselingi sarkasme, lalu merangkul Mark.

Pemuda Lee itu tersenyum, membalas rangkulan Renjun, dan berkata, "Thank you."

Singkat dari Mark. Detik itu tercipta sebuah jeda, dua pemuda paling tua dalam circle itu nggak lagi berucap. Sorot mata teduh mereka yang saling bertemu itu seolah-olah menjelaskan semuanya. Semua yang mereka rasakan dan mengerti bersama.

"Hyung adopsi anak setan?!" Celetuk Jisung tiba-tiba dengan raut cengo. Dia berdiri di hadapan dua hyung-nya, kedua matanya melebar, benar-benar polos, dan clueless. Kayaknya pertanyaannya bukan candaan, dia serius nanya atas perkataan Renjun beberapa saat lalu. "Biasanya orang adopsi anak anjing, anak kucing, ini malah anak setan?! Kok gue belum pernah lihat?"

"Dia ngomongin elo, BEGO!" Sembur Chenle seraya menjitak kepala Jisung. Si maknae yang masih mengosok-gosok kepalanya itu menyembik, antara bingung dan tersinggung. Tangan kanannya terangkat, tampak hendak membalas, namun tatapan tajam Chenle menciutkan nyalinya. Melihat interaksi anggota muda mereka itu, Mark tergelak. Sementara, senyum Renjun merekah.

Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang