59-1

529 97 15
                                    

[disarankan menggunakan background hitam]

Gue menggandeng pergelangan Donghyuck erat, membawanya kabur dari tribun VIP secepat yang gue bisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue menggandeng pergelangan Donghyuck erat, membawanya kabur dari tribun VIP secepat yang gue bisa. Kepala mulai berputar dan ruang udara di dada gue bertambah beban. Semuanya karena ulah Jungwoo. Ya, Kim Jungwoo. Pemuda yang gue kenal sebagai pribadi yang ramah dan suka menolong itu menjelma menjadi seorang yang asing.

Apa gue salah menilainya? Apa kebaikannya di depan gue hanya sekedar topeng? Nggak mungkin. Nggak. Gue bisa rasain ketulusan dia buat gue. Tapi, barusan itu ... apa? Kenapa dia nunjukin taringnya sekarang?

"Hari ini temen, besok musuh."

Ah! Apa mungkin ini yang dimaksud Mark sama Donghyuck?

"Lepas," racau Donghyuck memberontak dan berhasil membuyarkan lamunan gue. Dia menahan langkah, namun gue terus memaksa.

Aish! Kenapa dia masih aja ngelawan gue? Apa dia belum sadar sama ancaman Jungwoo?!

Pengkhianat.

Bagaimanapun, lebel itu melekat padanya. Reload atau 127, dia pernah mengkhianati keduanya. Gue tau, Donghyuck paham sama konsekuensi yang dia terima, sebab dia masih memperjuangkannya⸺di pertandingan ini. Dia mau reload nggak dipandang sebelah mata oleh 127. Di lain pihak, dia mau 127 membuka mata dan mengakui bahwa bukan hanya mereka pusat dari segalanya di kota ini. Bagi gue, Donghyuck bertindak layaknya pahlawan. Hebat. Tapi, apakah niat Donghyuck semurni itu?

"Lepasin, Ju-ya!"

Donghyuck kembali melawan.

"LEPAS!" Sentak Donghyuck, menarik keras tangannya yang kali ini sukses bikin gue berbalik dan bersitatap dengannya.

Bahu kami sama-sama bergerak naik-turun, entah akibat berjalan terlampau cepat atau perasaan berang yang menghinggapi satu sama lain. Dia menatap gue tajam.

Nggak.

Gue nggak bisa bikin situasi ini makin runyam. Gue harus ngalah. Api dan api hanya akan bikin segalanya terbakar habis.

"Chan-ie," ucap gue lembut begitu cukup tenangin diri, menahan gejolak batin. "Lo⸺"

Meraih sepasang tangannya, gue menatap manik kecoklatan itu dengan sabar.

"Akhir-akhir ini, lo lebih diem dari biasanya," lontar gue yang perlahan menertalkan rona wajahnya yang sebelumnya terlihat jengkel. "Haechan gue, jarang banget kayak gini."

Donghyuck membuang muka dan menutup matanya beberapa saat. Keruh muram yang ada di wajahnya kini terlihat.

"Lo tau? Gue masih inget waktu lo kegelincir di sirkuit reload. Waktu itu gue heran, kenapa bisa? Kenapa racer sehebat lo kalah di balapan sepele kayak gitu? Kenapa lo⸺"

Gue menahan kalimat. Tiba-tiba banyak hal yang bermunculan di kepala gue, sampe gue nggak tau mana yang harus gue omongin.

"Haechan," panggil gue khawatir. "Gue tau, banyak yang lo pikirin waktu itu. Gue tau, Taeyong sama Jaehyun ngusik pikiran lo. "

Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang