Reloading | Lee Haechan

18

[disarankan menggunakan background hitam]

11:35 p.m.

Angka-angka itu yang menunjukkan waktu di layar ponsel gue. Saat ini, gue terduduk di bangku belakang mobil bersama dengan sahabat gue, Jung Eunji. Pemandangan baru. Dua kata itu yang terlintas dalam benak gue. Berbeda dengan sirkuit reload yang jam segini pasti udah persiapan tutup, tempat ini justru⸺

"127," gumam gue.

⸺sangat ramai.

"Bayar berapa buat masuk?" Tanya gue dan menoleh pada Eunji yang duduk di samping. Gue penasaran, sebab enggak cuma motor dan mobil orang-orang yang melintas di sini yang menarik, tapi juga style mereka tidak lepas dari barang-barang mahal dan bermerek.

"15.000 won," jawab Eunji.

"Per orang?!" Tanya gue kaget. Menurut gue, harga segitu terbilang cukup mahal. Ah, mungkin kantong gue aja yang kurang banyak duitnya. Sepertinya, kelas sosial gue lebih rendah dari mereka.

Eunji mengangguk.

"Daebak! Mereka pasti sangat kaya," puji gue kagum sambil bergidik. "Eunji-ya, kayaknya ... gue enggak bisa hari ini, deh."

"Loh, kenapa?" Tanya Eunji dengan mengerutkan kedua sisi alisnya. "Kita, kan, udah sampek."

Gue mengusap lengan kanan kasar.

"Kemaren ... gue udah abisin 50.000 won buat kadonya Haechan," keluh gue dan memanyunkan bibir. "Bisa-bisa, gue dimarahin mama kalau ketauan make tabungan lebih banyak dari itu."

"50.000 won?" Tanya Eunji dengan menaikkan kedua alis. "Elo ngasih apaan?"

"Gelang."

"Gelang apaan?! Branded?!" Jeritnya.

Gue menggeleng dan mendengus lemah, "Gelangnya sih gratis, hiasannya yang mahal."

Hening.

Eunji mengulum bibir. Detik berikutnya, ia mengembuskan napas panjang, lalu berkata, "Ya, udah. Kalau gitu, gue yang traktir."