29

2.8K 577 398
                                    

[disarankan menggunakan background hitam]

Lampu-lampu di balik kaca mobil yang menyerupai kilatan cepat itu setia menemani pandangan mata gue yang hampir kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lampu-lampu di balik kaca mobil yang menyerupai kilatan cepat itu setia menemani pandangan mata gue yang hampir kosong. Nggak ada suara, selain deru mesin dan embusan napas yang terdengar di dalam mobil sport ini. Dalam diam, gue masih mencoba meresapi perkataan Zhong Chenle beberapa menit lalu.

“Gue suka sama lo.”

Oh, sial! Kalimat itu terus-terusan berputar di kepala gue! Suka?! Sama gue?! Dia?! Kenapa tiba-tiba? Emang, sih, gue kenal Chenle lebih dulu dibanding anak-anak reload yang lain. Chenle juga selalu baik sama gue. Tapi … suka?

Laju mobil yang gue tumpangi melambat, kemudian terdengar suara decitan rem. Mobil berhenti. Gue masih bergeming, sekedar merasakan detak jantung gue yang masih berantakan. Mana bisa gue tenang kalau ada cowok yang nyatain perasaan? Ah, gue bisa gila!

Pintu mobil di samping gue dibuka, bukan oleh gue. Seseorang membukanya.

“Ju-ya.”

Kening gue mengerut. Panggilan itu … sangat akrab, namun sekaligus terdengar asing, sebab bukan berasal dari suara Donghyuck.

Chenle.

Dia udah berdiri di samping luar mobil, bahkan gue nggak nyadar kalau dia udah lebih dahulu keluar. Gue segera mengendarkan pandang. Rupanya, kami udah kembali di sirkuit reload. Pintu udah dibuka, gue pun beranjak.

Chenle berada tepat di depan. Gue hendak melangkah, dia menggeser langkahnya ke kanan. Ke kiri, dia juga ikut ke kiri. Gue menatap pemuda Zhong itu bingung. Hanya berdiri, gue terpaku.

Tangan kanan Chenle menghalau jalan dengan menyentuh pintu mobil. Gue terkurung. Kayaknya, dia belum mempersilakan gue pergi. Mau nggak mau, gue bersitatap dengan dia.

“Ju-ya …,” panggil Chenle.

Gue spontan terpejam beberapa detik, terlampau terkejut. Kenapa panggilan itu tiba-tiba keluar dari bibirnya?!

“Gitu, kan? Cara Haechan Hyung manggil lo?”

Gue terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk pelan, membenarkan perkataannya. Anehnya, kenapa gue ngerasa terintimidasi di sini?

“Lele-ya,” lirih gue. Jujur saja, gue udah merasa nggak nyaman.

Chenle terkekeh. Bukankah raut wajah gue cukup menyiratkan ketidaknyamanan dan perasaan canggung? Kenapa dia justru tertawa?

“Kalau mulai sekarang, gue juga panggil lo Ju-ya? Gimana?” Chenle mengangkat alis kanannya.

Hening.

Demi kerang ajaib! Segala yang terlontar dari bibirnya bikin gue resah. Gue tertunduk.

“Kenapa? Nggak boleh, ya?” Chenle kembali berujar.

Reloading | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang