••••••
Sore ini sepulang sekolah anggota Garla tengah berkumpul di KafeJe, kecuali Luky, Devon, dan Aje yang memang sedang latihan basket. Di gazebo ada Lintang dan Daniar sedang bersantai, kemudian Garet datang lalu duduk di samping Lintang. Tampaknya cowok itu baru saja selesai makan bersama teman-teman yang lainnya.
"Temen lo si Clara mana?" tanya Garet kepada Daniar.
"Udah pulanglah," jawab Daniar. Matanya masih mengarah pada ponsel di tangannya.
"Yah, telat gue mau nganterin dia pulang," ujar Garet.
"Untung lo telat. Mending mundur dulu sebelum ditolak lagi," saran Lintang menepuk pundak Garet.
"Emangnya dia pulang sama siapa?" tanya Garet.
"Sama si Firza," jawab Daniar.
"Ah, gila. Lo pasti kalah, Ret," ujar Lintang.
"Firza anak kelas sebelas itu?" tanya Garet sedikit terkejut.
Daniar menoleh kepada Garet. "Yaiyalah siapa lagi."
"Mau-mauan si Clara sama bocil kaya dia. Mendingan sama gue," cibir Garet tidak terima.
"Yee dari pada sama modelan sedot WC kaya lo mending sama adik kelas yang nak sultan," cibir Lintang.
"Ogah kali, Ret. Si Clara naik pespa butut lo begitu," cerca Daniar meledek.
"Ah, emang semua cewek cuman mandang duit doang," ucap Garet.
"Yaiyalah. Semua cewekkan punya kebutuhan," balas Daniar.
"Cape, cape, cape," seru Luky baru saja datang ke KafeJe bersama Devon dan Aje. Mereka baru saja selesai latihan basket dan langsung merebahkan tubuhnya di gazebo, kecuali Aje yang langsung pergi ke atas mengganti baju.
"Ret, pesenin gue es teh," suruh Devon kepada Garet.
"Gue iya, Ret. Esnya banyakin," ujar Luky.
"Gue sekalian, Ret," ujar Lintang.
"Nyuruh-nyuruh mulu. Ada komisi kagak?"
"Sono terserah lo mau pesen apaan," jawab Lintang sedang berbaik hati.
"Siap Pak Bos," seru Garet bersemangat.
"Eh, Ret gue juga, ya," ujar Daniar.
"Ye, dikira gue babu apa di sini!" kesal Garet.
"Nggak papa, Ret. Lo kan baik," ucap Daniar merayu. Garet mendesis pelan sebelum pergi ke belakang.
"Kenapa tuh si Garet? Asem bener mukanya," cibir Lingkar baru saja datang dari belakang, kemudian duduk di samping Devon.
"Biasa," jawab Devon. "Kar, mending sekarang lo pijetin gue aja."
"Ogah, badan lo kan keringetan. Gue nggak mau tangan gue ternodai sama keringet lo. Ewhh," tolak Lingkar bergidik.
"Gue cuman keringetan, bukan panuan!" kesal Devon.
"Capek banget gue ngajarin adik kelas. Drible sama masukkin bola ke ring aja belum pada bisa," keluh Luky mengganti posisinya menjadi duduk. Terlihat pelipisnya penuh dengan keringat.
"Emang resiko jadi ketua gitu, Ky. Sabar aja," ujar Lintang.
"Kayanya empat bulan lagi bakalan ada turnamen antar sekolah, ya?" tanya Aje.
"Kata Pak Edward sih ada," jawab Luky. "Kayanya kita mau mewakili yang udah pernah ikut lomba aja deh. Secara ini lomba antar nasional gitu."
"Nih, minuman buat lo, lo, dan lo," seru Garet memberikan minuman kepada Lintang, Devon, Luky, dan Daniar. Mereka pun langsung menengguk es teh itu dengan nikmat.
KAMU SEDANG MEMBACA
KeyLock
Teen Fiction[ON GOING] Bagaimana jika kita dipaksa untuk menerima orang baru padahal hati kita belum siap menerimanya? Kisah percintaan masa lalu menjadi penyebab hilangnya kepercayaan kepada seseorang. Mencoba untuk mengistirahatkan hati, namun seseorang denga...