PART 54|| TEROR KESEKIAN

26 4 0
                                    

🎼Hampa (Ari Lasso) — Cover Tami Aulia🎼

••••••

"Mah, kalau seandainya aku nggak jadi kuliah di luar negeri, gimana?"

Pertanyaan dari seorang anak laki-laki membuat ibu satu anak yang sedang mengaduk sayurannya jadi mengecilkan api kompor, lalu dia beralih duduk di meja makan tepat di depan anaknya. "Kenapa? Takut nggak diterima karena nilai kecil?"

"Ada hal yang nggak bisa aku tinggal."

"Apa? Pacar?"

Kini pembicaraan keduanya tampak serius.

"Kalo aku pergi, takutnya ada sesuatu yang hilang."

"Tapi kamu mau sekolah basket di Beijing, karena kamu—"

Luky segera meraih tangan mamanya. "Mah, aku bisa sekolah di Indonesia. Banyak sekolah basket di sini."

Della menatap lekat raut wajah anaknya, dia merasa masih ada kebimbangan. "Kamu yakin?"

Luky terdiam sebentar. Pilihan ini cukup membuatnya bimbang. Hal yang membuat Luky ragu untuk pergi adalah karena hubungannya. Dia sangat takut kehilangan Keyra. Walau sebenarnya dia juga ingin pergi ke Beijing. "Em." Luky mengangguk ragu. "Yakin."

"Apa kamu nggak mau ketemu ayah kamu? Sudah hampir tujuh tahun, Ky."

Luky bergeming. Sejak perpisahan kedua orangtuanya—saat Luky berumur sebelas tahun— dia memilih ikut bersama ibu. Sementara ayahnya memutuskan untuk pergi ke China. Ayahnya bekerja di sana. Dan dua tahun setelah perpisahan, terdengar kabar bahwa ayahnya sudah berkeluarga. Sama seperti mamanya yang menikah setelah tiga tahun berpisah.

Kini hampir tujuh tahun Luky tidak bertemu ayahnya. Hanya lewat panggilan vidio call, Luky bisa melihat wajahnya. Namun terkadang keduanya  saling mengirimkan hadiah.

"Kalo ada waktu, aku sama ayah pasti ketemu."

"Tapi ayah kamu menginginkan kalau kamu sekolah di sana dan tinggal sama dia," ujar Dela dengan nada tegas.

"Aku nanti coba bicara sama ayah."

Della terdiam beberapa saat. Sebenarnya dia cukup senang bahwa anaknya tak jadi pergi, namun dia tidak tega jika Luky tidak dipertemukan dengan ayahnya. Selain itu, dia tahu bahwa sekolah atlet basket adalah mimpinya.

"Mah, kalo gitu aku ke kafeje dulu, ya."

"Ky, mama nggak mau kamu menggantungkan hidup sama seseorang. Entah itu pacar atau sahabat. Kalo itu mimpi kamu, kamu harus kejar. Nggak peduli seberapa pentingnya kamu di hidup mereka. Selama itu tujuan hidup kamu, kamu akan kembali setelah berhasil."

Luky mengembuskan napas sambil tersenyum tipis. Lalu mengangguk pelan.

Setelahnya Luky menegakan badan, berlalu dari dapur. Namun saat sampai di belokan dapur, dia terkejut melihat Daniar ada di sini.

"Eh, K-ky." Daniar terlihat gugup. "G-gue tadi mau nebeng lo ke kafeJe."

"Naik aja," kata Luky santai langsung keluar menghampiri motornya. Sementara Daniar segera membuntuti.

Daniar mendengar semua percakapan Luky dan orang tuanya. Dia tak sengaja menguping saat mendengar Luky yang tak jadi pergi. Daniar cukup senang, namun sedih juga karena Luky melakukannya demi Keyra. Padahal dia tahu Luky sangat merindukan ayahnya.

"Ky," panggil Daniar sebelum memakai helm.

"Kenapa?"

"Maaf, gue nggak sengaja denger. Tapi apa lo bener nggak jadi ke Beijing?"

KeyLockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang