PART 40|| BERITA DUKA

29 2 0
                                    

🎼Pamit (Tulus) — Febi Putri ft. Demon Amos🎼

••••••

Detakan jantungnya berderu dengan cepat, bebarengan dengan langkah kaki yang berpindah dalam waktu singkat. Gadis dengan surai panjanganya itu berlari menyusuri lorong rumah sakit menuju UGD dengan perasaan panik setengah mati. Bahkan sejak di mobil pun dia menangis histeris. Diikuti ketiga orang yang membuntututi Keyra sama paniknya tapi tak sepanik Keyra.

“Mah! Mamah!” teriak Keyra pada seorang wanita yang sedang duduk di depan ruang UGD.

Gadis itu berlari untuk memeluk mamanya. Tangis keduanya sama pecah menimbulkan suara yang menggema di lorong itu. Saling menguatkan di dalam rengkuhan masing-masing. Bahkan kini wanita itu wajahnya terlihat lebih acak-acakan daripada Keyra.

“Papa kenapa, Mah? Papa kenapa?” Keyra menggoyangkan bahu mamanya.

“P-papa kamu kecelakaan w-waktu mau jemput m-mamah di rumah,” jawab Lina terbata-bata dengan suara isakan.

“Terus sekarang gimana keadaanya?”

“Dokter lagi meriksa keadaan papamu.”

Keyra memejamkan matanya, mangacak rambutnya frustrasi. Pikirannya kini sudah bergelut membayangkan apa yang akan terjadi dengan papanya.

Lalu sesaat Luky mendekat, merangkul gadisnya untuk menguatkan. “Tenang, Key. Papa kamu pasti baik-baik aja. Kamu berdoa untuk keselamatannya.”

Keyra menangis lepas di rangkulan Luky, sementara cowok itu menepuk-nepuk bahu Keyra. “T-tapi, Ky kalo–“

“Udah, nggak usah mikir macem-macem. Semua akan baik-baik aja,” potong Luky cepat, lalu mengusap lembut kepala gadisnya.

Kelima orang itu terdiam, yang ada hanya suara isakan tangis yang belum mereda. Pandangannya tak terlepas dari pintu UGD yang dinantikan agar terbuka, sembari meramalkan segala doa dalam hati agar semua baik-baik saja.

Sesaat kemudian, dokter berjas putih dengan stetoskop di lehernya keluar. Membuat Keyra langsung mendekat ke arah pintu begitupun dengan Lina dan yang lainnya.

“Dok, gimana keadaan suami saya?” tanya Lina begitu panik.

“Papa baik-baik aja kan, Dok? Papa nggak apa-apa?” tanya Keyra.

Bukannya menjawab, dokter itu malah menunduk kemudian menggeleng pelan.

“Dok! Papa nggak apa-apa, kan?!” Ulang Keyra nada bicaranya tinggi.

Dokter laki-laki itu menggeleng. “Maaf, tapi nyawa pasien tidak dapat tertolong.”

Keyra menganga tak percaya, rasanya oksigen disekitarnya menipis. Dia menggeleng keras. “Nggak! Nggak mungkin.” Kini tangis Keyra kembali pecah, juga dengan Lina.

“Benturan stir di dada yang keras membuat udara mengumpul di dada, akibatnya bisa merusak paru dan jantung. Juga karena mobil yang ringsek membuat benda tajam menusuk pembuluh darah yang besar. Jadi maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin.”

Penjelasan dari dokter membuat tubuh Keyra terasa bergetar dan dia serasa sulit bernapas. Kenyataan ini begitu memukul dadanya.

“Silahkan masuk sebelum jenazahnya akan kami urus. Saya permisi.”

Sepeninggalan dokter tersebut, Keyra dan Lina berlari masuk di susul Luky, Miko, dan Meika.

Betapa bergetarnya ketika melihat orang tuanya sedang terbaring di atas brangkar dengan tubuh ditutupi kain putih. Rasanya Keyra ingin bangun saja karena meyakini bahwa ini mimpi. Dia tidak rela kehilangan sosok lelaki yang selalu ada untuknya dan keluarganya. Sosok lelaki yang selalu mendukung apa kemauanya, sosok lelaki yang segalanya untuknya.

KeyLockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang