PART 24|| PEMILIK EMOTICON SMILE

49 6 3
                                    

Luky baru saja tiba di dapurnya pagi-pagi sekali. Biasanya dia tidak pernah turun ke bawah sebelum memakai seragam sekolahnya, tapi hari ini sebelum mandi dia menyempatkan untuk turun dan bertemu mamanya yang sedang memasak.

Wanita yang disebut mama itu bahkan terkejut ketika melihat putranya ada di dapur sepagi ini, bahkan biasanya anaknya itu sangat sulit untuk dibagunkan dan dia seringkali terburu-buru sarapan karena terlambat bangun. Tapi hari ini Tuhan seperti memberi anugrah untuk Luky agar bangun lebih cepat. Dela hanya berharap, semoga saja setiap hari Luky bisa bangun pagi.

"Lagi tobat?"

Luky yang sedang menuang air putih itu menoleh ketika mendengar pertanyaan dari mamanya. "Kalo anak lagi berperilaku baik itu harusnya bersyukur. Allhamdulilah. Bukan malah ngeledek."

"Siapa yang ngeledek? Mamah cuman tanya." Dela tertawa kecil, tapi tawanya di telinga Luky terdengar seperti tawa mengejek.

"Lah itu ketawa."

"Ya kan mamah heran kamu pagi-pagi udah di dapur."

"Ya nggak papalah." Luky menenggak minuman yang baru dituangkannya.

Sementara Dela yang tengah sibuk memasak, beralih menata piring di atas meja makan.

"Mah, karena aku bangun lebih pagi hari ini, aku minta dibuatin sarapan paling spesial dan terendul."

"Mau dimasakin apa?" tanya Dela kembali ke dapurnya.

"Sandiwich aja kali ya."

"Udah nggak usah ribet! Ketimbang pake selai doang. Dioles-oles juga jadi."

"Ya kan biar lebih spesial. Kalo cuman pake selai, nggak spesial namanya."

Dela menghela napas. "Terserahlah."

"Jangan lupa pake selada."

Dela mengerutkn dahinya, lalu menoleh ke arah Luky. "Loh, kamu kan nggak suka selada."

"Udahlah pakein aja."

Wanita paruh baya itu menatap anaknya curiga. "Tumben banget. Mau buat siapa sih?!"

Luky merekahkan senyumnya. "Calonlah."

"Calon apa? Gayaan amat!"cibir Dela terkekeh kecil sembari menggelengkan kepalanya pelan.

"Calon pacarlah. Emang mamah nggak mau punya mantu?"

"Sekolah dulu yang bener! Duit aja masih minta."

Luky mendengus kesal mendengar cibiran dari mamanya. "Astahfirullah, kaya nggak pernah muda aja."

"Yaudahlah iya, nanti mamah bikinin," final Dela. "Udah sono mandi! Nggak malu tuh iler nemplok!"

Luky mengusap sudut bibirnya untuk memastikan. Memang sih terasa ada yang menempel, tapi- Ah! Biarlah sedikit. "Yang penting ganteng."

Setelah mengatakan kelimat yang terdengar percaya diri itu, Luky beranjak naik ke atas tangga untuk sampai ke kamarnya. Dia ingin mandi.

Satu langkah menaiki tangga. "Dut!"

Dua langkah. "Dut!

Tiga langkah. "Dut!"

Empat langkah. "DUTTT!!"

Dela langsung membalikan badan memandang anaknya.

Brak!!

Lalu, ibu satu anak itu melempari putranya dengan centong nasi yang sedang di genggamnya. "Kentutmu itu loh! Nggak sopan!"

Luky meringis tanpa dosa. Sementara centong nasi itu terlempar tidak mengenai sasaran. "Enak bener kalo kentut pagi-pagi."

KeyLockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang