Di kelas XII Bahasa II keadaan sedang heboh-hebohnya, pasalnya Pak Gogo baru saja izin meninggalkan kelas karena sedang ada meeting bersama guru BK lainnya. Alhasil siang ini kelas dalam keadaan tak terurus. Semua murid bisa melakukan hal sesukanya tanpa adanya aturan, karena bebas adalah keinginan mereka. Kondisinya pun bermacam-macam, ada yang sedang tidur, bergosip, bermain game, menyelenggarakan konser kecil-kecilan, bahkan bermain kejar-kejaran di kelas antara Malika dan Dayan.
Sungguh kenikmatan tiada tara walaupun sebenarnya menyalahi aturan.
Lain halnya dengan Yura, gadis itu malah sedang memperkenalkan cemilan buatannya kepada sahabatnya. Yura sering kali membawa hasil masakannya ke sekolah.
"Ra, lo nggak kenal gabut, ya?" tanya Felin sambil memakan cemilan yang dibuat Yura.
"Gue juga kadang gabut. Gue ya kalo gabut bikin ginian," jawab Yura menunjuk cemilannya di atas meja yang sedang dilahap oleh ketiga sahabatnya.
Memang diantara mereka berempat Yura yang paling jago dalam hal memasak. Cita rasanya jangan diragukan lagi. Ya bisa dibilang masak adalah hobi dari seorang Yura.
"Nggak kenal mager pasti," tebak Felin.
"Gue kalo mager baca novel," balas gadis berjilbab itu.
"Cuman gue doang yang mager sama gabut scroll instagram kalo nggak tik tok. Kadang saking magernya, gue kebelet pipis, tapi gue tahan," ujar Felin.
"Makanya lo jangan pacaran mulu. Cari hobi atau kegiataan yang manfaat sono, biar lo keliatan sok sibuk," cibir Dira. Mulutnya masih mengunyah cemilan yang dibuat Yura.
"Iya, yah?" Felin menepuk-nepuk dagunya, mencoba memikirkan hobi apa yang akan dilakoninya. "Tapi kayanya gue nggak bakat apa-apa. Gue nggak punya cita-cita."
"Semua orang pasti punya bakat, lo pun sebenernya punya bakat terpendam," ujar Keyra.
"Wah, bakat terpendam, ya? Apa ya?" tanya Felin pada dirinya sendiri sambil mengipasi wajahnya dengan kipas bulu berwarna pink.
"Jadi tukang kipas sate aja. Lo kan kemana-mana suka bawa kipas," celoteh Keyra mengundang tawa Dira dan Yura.
"Bener tuh, Key," sahut Dira.
"Ih!" Felin mencebik.
"Oh gue tau hobi gue," pekik Felin mementikan jarinya, "hobi gue cuman rebahan, tapi ... cita-cita gue pengen sukses. Pokoknya kerjaan apapunlah yang penting gue bisa sukses."
"Nggak ngotak lo!" cibir Dira menggelengkan kepalanya pelan.
"Di sini nggak ada spesialis buat nyobain kasur baru, ya? Kalo ada, gue pengen kerja disono aja. Biar setiap hari gue bisa rebahan," tutur Felin menyengir lebar, sedang membayangkan jika dia bekerja hanya rebahan saja.
"Ini sih the real beban keluarga!" cibir Dira.
"Ya abisnya gue nggak tau lagi. Kalo kaliankan enak. Dira hobi karate, Yura hobi masak, dan Keyra hobi ngelukis," keluh Felin kesal.
"Dan lo hobi pacaran," canda Keyra mengundang tawa Yura dan Dira.
"Ih! Nggak gitu, Key."
"Devon aja hobi musik, masa gue sebagai cewek nggak punya hobi dan arah tujuan," tutur Felin menghembuskan napas berat sembari menopang dagunya.
"Mending cari hobi yang bermanfaat bagi orang lain," tutur Yura.
"Pengennya sih gitu. Tapikan gue aja nggak bermanfaat, gimana bisa bermanfaat buat orang lain?"
"Nggak papa. Lo bisa pelan-pelan cari arah hidup lo, dimulai dari hobi pasti lo bisa menemukan," tutur Yura, Felin pun tersenyum dibuatnya.
"Oh, iya. Nanti malem Devon mau tampil," pekik Felin, "lo semua dateng, yah. Di Kafe deket mall itu loh. Mumpung malem minggu biar liat yang kinclong-kinclong."
KAMU SEDANG MEMBACA
KeyLock
Teen Fiction[ON GOING] Bagaimana jika kita dipaksa untuk menerima orang baru padahal hati kita belum siap menerimanya? Kisah percintaan masa lalu menjadi penyebab hilangnya kepercayaan kepada seseorang. Mencoba untuk mengistirahatkan hati, namun seseorang denga...