PART 51|| GAGAL MOVE ON

35 4 0
                                    

🎼(Medley, Vierra) Seandainya, Perih, Bersamamu – Tami Aulia🎼

••••••

"Apa maksud kamu? Aku bohong apa?"

Luky menatap Keyra lekat untuk mencari kebohongan di kedua bola matanya. Tatapannya seolah menyerukan bahwa dia teramat kecewa.

"K-ky?" gagap Keyra jantungnya berdegup dengan cepat. Tatapan mata laki-laki di depannya seakan sedang menginterogasinya. Begitu tajam dan menusuk, hal itu membuat Keyra menatap Luky dengan bola mata yang berpindah-pindah karena takut.

Mata Luky benar-benar merah, terlihat seperti menahan tangis. Sekaligus  menahan amarah untuk tidak dilampiaskan. "Kamu jenguk Miko? Bilangnya mau pergi, ternyata perginya ke rumah mantan."

Detakan jantung Keyra semakin menderu, entah dari mana Luky tahu hal itu. "B-bukan gitu–"

"Apa?!" Luky menegakan badan, semakin mendekati Keyra. "Kamu masih suka sama dia?! Sama mantan yang udah dua tahun bareng-bareng?!"

Tangis Keyra pecah saat dia menunduk. Entah mengapa diberi pertanyaan seperti itu membuat hatinya semakin mencelos. Dan Keyra tidak bisa menjawabnya.

Kedua telapak tangan kokoh itu mendarat di bahu Keyra. Menggoyangkan badan gadis di depannya agar mendongak. "Jawab!"

Keyra terus menangis dan tak mau mendongak.

"Jawab!!"

Dira yang sedang melayani pembeli di bar, terperangah melihat Keyra dan Luky bertengkar di depan kafe. Dia yang khawatir memutuskan untuk keluar dan menengahi.

Dira mendorong kuat badan Luky agar menjauh dari Keyra. "Jangan kasar lo sama Keyra!"

"Lo nggak usah ikut campur!" papar Luky.

"Gimana gue nggak ikut campur orang Keyra sahabat gue! Kalo ada masalah omongin baik-baik! Lah ini malah di depan kafe, di pinggir jalan lagi," teriak Dira.

Luky membuang muka sambil mengusap wajahnya kasar.

Sementara Keyra meraih tangan Luky. "Ky, dengerin aku dulu sebentar."

Laki-laki itu menghempaskan tangan gadisnya. "Nggak perlu." Lalu naik ke motornya dan memakai helm.

"Please, Ky. Aku ke rumah Miko k-karena tante–"

Tak memedulikan gadis yang hendak menjelaskan dengan air mata yang menderai, Luky menarik gas motornya pergi meninggalkan Keyra. Dengan motor bututnya dia bisa mempercepat kepergiannya dibanding dengan kecepatan Keyra yang berlari mengejarnya.

“Ky, tunggu!” Keyra berteriak sambil berlari.

Dira yang tidak tahu harus bagaimana —Melihat Keyra yang terus berlari walau Luky sudah berada jauh di depan dan hilang di belokan jalan—merasa kelimpungan di tempat. Menyerukan nama sahabatnya, namun dia tak mau berhenti.

Dia bingung ingin mengejar Keyra atau masuk ke kafe karena ada pelanggan di depan bar yang tengah menantikannya.

Dira memutuskan untuk masuk mengambil ponseln, namun langkahnya tertunda saat seorang pengendara motor tiba di sana.

“Dira.”

Entah ini kebetulan atau apa tapi Dira agak bersyukur karena Gerry datang. “Ger, tolong lo kejar Keyra. Luky pergi ninggalin dia dan Keyra lari ngejar Luky. Cepet kejar, gue takutnya Keyra kenapa-napa.”

“L-luky sama Keyra be–“

“Nggak usah banyak bacot! Cepet kejar!”

Gerry mengangguk, dia segera melesat dari sana mengejar Keyra, sementara Dira memutuskan masuk ke kafe.

KeyLockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang