Mentari sudah menyongsong hari, Ela sudah siap dengan seragamnya. Kali ini dia mengenakan something yang tentunya akan membuat seluruh keluarga cukup kaget.
Trap... Trap... Trap...
Seluruh keluarga menoleh kearah Ela yang datang dari lantai 3, Satria dan Valen tertegun menatap Ela. Sedangkan Anna sendiri tidak percaya melihat Ela, sudah lama sekali dia tidak melihat Ela berpenampilan seperti itu.
"Sejak kapan elo--"
"Ssttt... Biarin readers nya penasaran dulu, kalian semua cukup terpana sama gue. Gak perlu banyak cingcong," potong Ela dengan senyum manis yang jarang orang lain lihat.
"Udah deh, pada mau sarapan gak?" Tanya Ela lempeng. Ah lupa, kebetulan Bramastha dan Bella belum pulang dari kemarin. Jadi di meja makan hanya ada Satria, Valen, Anna dan juga Rey.
"Kamu kak Ela, kakak aku kan?" Tanya Rey dengan polosnya. Ela tertawa ringan, segitu mengejutkannya kah perubahannya?
"Pikir aja sendiri," ketus Ela. Yang sudah kembali menjadi dirinya, seperti biasa. Always flat and cool.
"Oke, kamu kakak ku. Walau penampilannya aneh bin uwah," entah sejak kapan Rey berani berkata-kata seperti itu. Namun dapat Ela pastikan ini adalah ajarannya Valen, sahabat nyebelinnya. Namun Ela sayang, wait sayang doang. Ya kali nikung sahabatnya yang lain, tidak ada kata tikung menikung dalam kamus Ela. Camkan itu!
Selesai sarapan mereka semua berangkat ke sekolah, kecuali Satria yang berangkat ke kampus. Walau tadi sempat ada perdebatan antara kakak adik no have akhlak.
Setibanya di sekolah, seluruh murid GHS langsung mengalihkan perhatian mereka ke Ela. Sungguh kali ini Ela yang mereka lihat bukanlah Ela yang mereka kenal.
'Itu siswi populer yang adiknya kak Satria bukan sih?'
'Kayaknya sih iya, tapi kok penampilannya...'
'Lahir dengan wajah bidadari mah, mau digimanain juga tetep cans.'
'Gila! Most wanted girl kita lagi kesurupan ya?!'
Dsb.
Ela hanya menanggapi seluruh ocehan murid-murid dengan senyuman manis yang benar-benar membuat semuanya diam mematung memandangnya. Lebih-lebih lagi para kaum adam, beuh berasa lihat surga dunia.
Pletak!
"Eh syialan!" Umpat Ela saat menerima jitakan di kepalanya ketika memasuki kelas.
"Waras sih, napa lo senyam-senyum gitu? Gue jadi ngeri sumpah." Ujar Leon si sekretaris 2.
"Heh bahasa Inggrisnya singa, gue kek es lo sewot. Giliran gue mesem lo jitak, mau lo apa hah!?" Ela berucap tepat didepan wajah Leon, dia tidak terima dandanan apik nya dirusak oleh seekor singa yang menjelma menjadi seorang manusia berjabat sekretaris dua.
"Mau gue, lo jadi pacar gue!" Jawaban dari mulut Leon membuat seluruh murid X IPA 3 menatap dua sejoli itu. Ela sendiri menatap Leon datar, sumpah buat yang ini dia anggap gak lucu.
"CIEEE!" Sorakan itu terdengar di seluruh penjuru kelas. Bahkan sampai mengundang murid dari kelas lain.
Sayangnya Bellva sedang diapel oleh Chris, sementara Rara tumben-tumbennya ke perpustakaan bersama Anna juga Valen. Katanya sih mau belajar buat ulangan kimia hari ini, karena Ela nggak mau bantu belajar, itu membuat mereka cukup kewalahan.
"Sembarangan kalau ngomong!" Sambar Ela garang.
"Gue serius!" Raut wajah Leon benar-benar terlihat tidak bermain-main.
KAMU SEDANG MEMBACA
"𝙲𝚕𝚊𝚜𝚜𝚒𝚌 𝚃𝚎𝚎𝚗𝚜"
Fiksi Remaja[Follow dulu sebelum baca] Ini kisah tentang sebuah persahabatan, bukan persahabatan biasa. Ini tentang kita, mempertahankan apa yang kita punya. Karena sesungguhnya mempertahankan sebuah hubungan jauh lebih sulit, dibanding harus menjalin hubungan...