♡• Lima puluh empat

78 8 3
                                    

"ELAAAAA," jerit seorang cewek dengan rambut panjang sepunggung yang digerai indah.

Merasa namanya dipanggil, Ela menoleh ke sumber suara. Dia membulatkan matanya saat melihat orang yang memanggilnya. "Yova?" Guman nya.

"Ck, harus berapa kali gue bilang ke elo sih??! Panggil Anna, bukan Yova." Gerutu Anna, iya Anna lah yang memanggil Ela.

"Siapa?" Tanya Rara heran.

"Oh, hai kenalin nama gue Anna. Gue sahabat Ela sewaktu di London," ucap Anna memperkenalkan diri.

"Oo, hai gue Rara." Balas Rara canggung.

"Dan aku Bellva, kami berdua sahabat Ela dari kecil." Timpal Bellva.

"Haha, iya. Gue udah tau kok, Ela sering cerita tentang kalian sewaktu di London." Tutur Anna.

"Hai adik manis," sapa seseorang yang ada dibelakang Anna.

"Alen-Abas?" Kompak Ela dkk.

"Hahahaha, kompak bener." Kekeh Valen.

"Loh loh ini ada apa sih?" Tanya Bellva terheran-heran.

"Iya, heran gue. Kenapa tiba-tiba elo ada disini? Bukannya lagi di Singapur--"

"Gue yang manggil," potong Satria.

"H-hah?"

Satria tidak menjawab kembali kebingungan mereka, dia segera mengangkat barang-barang milik adiknya Ela kedalam mansion dibantu maid.

"Udah, nanti lagi ngobrolnya. Rara, Bellva bawa dulu nih barang-barang lo ke mansion." Ucap Leo sedikit berteriak.

"Suruh maid aja ih, gue masih mau disini." Balas Rara tak kalah kencang, karena posisi Leo ada di mansion kediaman Rara yang letaknya didepan mansion kediaman Ela.

"Masuk yuk!" Ajak Valen merangkul Rara dan Bellva, sedangkan Anna mengoceh didepan dengan Ela yang hanya menanggapinya sesekali.

Mereka berlima duduk di ruang keluarga mansion Ela.

"Crazy! Elo serius ngerombak seluruh isi mansion El?" Tanya Anna kagum dengan desain interior mansion Ela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Crazy! Elo serius ngerombak seluruh isi mansion El?" Tanya Anna kagum dengan desain interior mansion Ela.

"Hm."

"Ck." Decak Anna kesal, karena Ela tetap lah Ela si kulkas berjalan.

"Emm, tolong dimaklumi ya. Ela emang kayak gitu," ucap Rara tidak enak hati.

"Haha, sans aja. Gue juga udah tau kok sifat dia," balas Anna dengan senyum manisnya.

Syukurlah, ternyata Ela masih mau berteman selain sama aku dan Rara. Setidaknya dia mulai membuka diri. Batin Bellva.

"𝙲𝚕𝚊𝚜𝚜𝚒𝚌 𝚃𝚎𝚎𝚗𝚜"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang