♡• Lima puluh enam

71 6 2
                                        

Pagi ini Ela terlambat bangun, sialan memang alarmnya mati disaat begini. Dia sudah meminta maid untuk membeli alarm yang baru. Dan lebih sialnya lagi Anna, Valen, Rara serta Bellva sudah lebih dulu berangkat meninggalkan dirinya seorang diri. Ketiga abangnya pun sudah pergi kuliah, kedua orang tuanya juga sudah pergi pagi-pagi buta ke kantor.

Arrggh sialan emang semuanya! untung semua tugas sekolah udah gue kerjain. Batin Ela. Saat ini dia sedang memakai sepatu, mulutnya penuh dengan sandwich.

"Non, dimakan dulu saja rotinya. Pelan-pelan," ucap salah satu maid.

"Eungga bisaa bii, akouh dah telart." Jawab Ela ngaco karena mulutnya yang penuh.

Maid itu hanya menggeleng kepalanya melihat sang majikan. Ela bergegas lari masuk kedalam mobil, dan menyuruh supir ngebut. "Pak, ngebut!"

"Baik non," jawab sang supir.

Sepertinya Dewi Fortuna tidak berpihak kepadanya, sesampainya di sekolah, gerbang sudah tertutup rapat. Terdengar di indera telinganya suara pembina upacara yang tengah berceramah.

"Pak, ijinkan saya masuk." Ela memohon untuk kesekian kalinya, akan tetapi hasilnya tetap sama satpam yang menjaga tidak mengijinkannya masuk.

"Saya bilang tidak, ya tidak!" Jawab satpam tegas.

"Tap--"

"Ada apa ini?" Tanya guru BK yang kebetulan sedang berkeliling.

Mampus!

"Maaf bu, ini ada siswi yang terlambat." Jawab satpam. Terlihat guru BK yang diketahui bernama Nuri menampakkan raut muka yang seram, Ela sudah pasrah bila dirinya harus dihukum.

"Tolong buka gerbangnya pak," sang satpam mengangguk lalu membukakan gerbang. Ela disuruh masuk dan langsung diseret oleh bu Nuri ke tengah lapangan dimana seluruh murid GHS tengah melangsungkan upacara bendera.

Asem! Ah sialan emang, malu tau anjirr!! Batin Ela.

Ela disuruh berdiri didekat podium, dimana seluruh murid dan guru bisa melihat wajahnya. Bu Nuri naik ke podium, "perhatian! ini adalah contoh siswa yang tidak menaati aturan. Kalau seperti ini, kalian mau jadi apa? Kalian itu di ajarkan untuk disiplin supaya..." Bu Nuri terus berceramah, membuat telinga Ela terasa panas.

Apaan banget sih?! Gue baru telat satu kali, tapi ini? Ck, gak adil. Ela menggerutu dalam hati, namun raut wajahnya tetap dingin dan datar.

"PAHAM SEMUANYA?" tanya bu Nuri mengakhiri ceramahnya.

"PAHAM!" jawab para murid.

Akhirnya upacara dibubarkan, seluruh murid berhamburan menuju tujuan mereka masing-masing. Banyak dari mereka pergi ke kantin, karena setelah upacara mereka diberi waktu untuk beristirahat selama 15 menit. Berbeda dengan murid lain, Ela kembali diberi ceramah oleh bu Nuri untuk yang kedua kalinya. Sudah dapat dilihat telinga Ela memerah karena menahan rasa kekesalan, bu Nuri sukses mengawali paginya dengan ocehan yang menurut dirinya tidak penting. Tak sampai disitu, bu Nuri memberikan hukuman double untuknya yaitu lari mengelilingi lapangan upacara yang sangat luas sebanyak 10 kali, dilanjut hormat bendera selama jam pelajaran pertama. Sudah, Ela tidak bisa membayangkan bagaimana dirinya sanggup melaksanakan hukuman itu.

Bu Nuri sudah kembali ke kantor guru. Sebelum melakukan hukumannya, Ela menyempatkan diri menyumpah serapahi guru itu dan juga menghentakkan kakinya beberapa kali guna menyalurkan rasa kekesalannya.

Di putaran ke 4, Ela kembali kesal melihat murid-murid lain menjadikan dirinya bahan tontonan. Oh Tuhan ingin rasanya dia menarik bibir mereka yang mencibir dirinya dengan seenak jidat, kalau perlu bibir mereka dia ikat pakai kuncir rambut biar monyong sekalian kayak bebek!

"𝙲𝚕𝚊𝚜𝚜𝚒𝚌 𝚃𝚎𝚎𝚗𝚜"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang