#Flashback on
Seorang anak kecil ber-gender laki-laki dengan umur berkisar 6 tahun tengah menatap kepergian keluarga dengan sangat sedih.
Bagaimana bisa dia seorang yang tidak ikut?
Beberapa menit yang lalu, di bandara
"Pa? Kenapa Rey tidak boleh ikut?" Tanya anak lelaki itu dengan wajah lugunya
"Kami masih kecil sayang, lagipula kami tidak lama disana." Ujar seorang lelaki dengan kumis tipis yang menghiasi wajahnya
"Tapi kenapa? Masa karena Rey masih kecil, Rey gak boleh ikut liburan? Kan enggak adil." Ucap Rey dengan wajah cemberut
"Nak, akan lebih baik begitu. Kamu ikut om ini saja ya? Dia itu teman papa yang sangat baik, jadi kamu pasti aman." Tutur lelaki yang di ketahui adalah papa Rey
"Memangnya lama ya?" Tanya Rey
Lelaki itu hanya bisa mengangguk.
Papa tidak tau apakah papa dan yang lain bisa kembali, yang jelas semoga kamu bahagia Rey. Papa sudah menyesal mengusir kakak mu dan tidak percaya akan perkataan nya, sekarang papa gak mau kesalahan itu terulang kembali. Kalau harus berkorban, biarlah papa yang berkorban. Batin lelaki itu
"Halo, saya teman papa kamu. Mulai hari ini kamu akan tinggal bersama saya untuk sementara waktu." Ujar lelaki dengan perawakan yang sebelas dua belas dengan papa Rey
"I-iya om."
"Ga, saya titip anak saya. Tolong jaga dia seperti kamu menjaga anak mu sendiri."
"Tentu saja Ernest, akan ku jaga layaknya anak kandung sendiri."
Akhirnya seluruh keluarga Leighton pergi dengan tujuan ke Australia, mereka menggunakan pesawat pribadi. Tapi mereka tidak tau, kalau pesawat yang di tumpangi mereka sudah di sabotase.
Rey menitikkan air matanya, entahlah perasaan nya kini tak karuan. Dia masih terlalu kecil untuk memahami semua yang terjadi, akan tetapi dia mempunyai firasat aneh. Seakan-akan dirinya akan mengalami yang namanya 'kehilangan'.
"Rey, sekarang ikut om yuk." Ajak lelaki yang di beri kepercayaan oleh Ernest-papa Rey
"Iya om."
Tidak di sangka-sangka lelaki itu bukannya membawa Rey kembali ke rumah nya, dia malah membawa Rey ke sebuah gedung tua.
"O-om kok kita disini? I-ini bukan rumah aku." Tanya Rey ketakutan
"Memangnya saya peduli? Ck, papa mu itu terlalu bodoh. Bisa-bisanya dia percaya dengan orang yang sudah membuat kakak mu di usir dari keluarganya sendiri." Sinis lelaki itu
"Mak-maksud om apa?" Tanya Rey
"Kamu hanya bocah ingusan yang akan saya manfaatkan untuk mengambil seluruh harta kekayaan keluarga mu. Jadi tidak usah banyak bicara, kamu sekarang ikut saya." Ujar lelaki itu menarik Rey dengan paksa
"Le-lepas, lepasin om. Om kenapa om jahat sama papa? Apa salah papa sampai om seperti ini? Bukannya om teman nya papa?" Tanya Rey beruntun seraya mencoba melepaskan tangannya
"Hah? Teman? Teman macam apa yang malah membuat bisnis teman nya sendiri bangkrut? Papa mu itu lebih pantas disebut musuh, bagaimana bisa dia menghancurkan perusahaan saya dan dia bukannya merasa bersalah, dia malah bahagia. Dia bahagia di atas penderitaan orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
"𝙲𝚕𝚊𝚜𝚜𝚒𝚌 𝚃𝚎𝚎𝚗𝚜"
Teen Fiction[Follow dulu sebelum baca] Ini kisah tentang sebuah persahabatan, bukan persahabatan biasa. Ini tentang kita, mempertahankan apa yang kita punya. Karena sesungguhnya mempertahankan sebuah hubungan jauh lebih sulit, dibanding harus menjalin hubungan...