♡• Tiga puluh sembilan

65 10 0
                                    

Thanks El lo udah buat gue tenang. Batin Sion.

"Thanks." Ucap Sion singkat tapi tulus.

"Urwel." Balas Ela lembut masih menggenggam tangan Sion.

"Ekhem." dehem Chris.

"Sorry." Ucap Ela melepas genggaman tangannya.

"Sebaiknya lo semua pulang, tidur, beberapa jam lagi kita sekolah." Ucap Sion kepada Aldo dan Chris.

"Terus lo sama Ela?" Tanya Chris.

"Kondisi dia gak memungkinkan buat pulang. Biar istirahat disini, lo Al subuh ke rumah Ela minta seragam sekolah dia." Ujar Sion.

"E-eh, nanti--"

"Cari alasan biar teman-temannya gak curiga." Potong Sion.

"Gue harus alasan apa?" Tanya Aldo bingung.

"Mereka tau kalau elo kesini?" Tanya Sion yang di balas gelengan kepala dari Ela.

"Hm, gue bingung. So, ketos lo mikir sendiri." Ucap Sion dengan entengnya.

Plakk

"Kalau ngomong enteng banget. Udah gue pulang aja, lagian jaraknya gak jauh-jauh amat." Ucap Ela setelah menggeplak lengan Sion.

"Kalau gitu gue anter." Ucapan Sion membuat Ela memelototi nya.

"Gak! Lo belum sembuh malah nekat." Ucap Ela.

"Lo juga sama." Balas Sion.

"Gue gak pa-awh"

"Udah gausah bawel, tiduran sana." Ucap Sion saat melihat Ela memegangi kepalanya

"Ck, nyebelin." Ujar Ela lalu kembali ke brankar nya.

Ela tidak sadar kalau sikap nya membuat Sion tersenyum tipis.

Seneng liat lo senyum lagi Yon. Batin Aldo dan Chris.

"Heh, tunggu apalagi? Pulang sana." Usir Sion

"Songong lo, kalau gak ada kita lo udah off." Ucap Aldo sinis lalu pergi dari ruang UGD.

"Jangan masukin hati, gue pamit." Ucap Chris menepuk pundak Sion dua kali lalu keluar ruangan.

Sion membalasnya dengan anggukan kepala.

***

"Kamu pasti bingung bukan, siapa Lily dan ada hubungan apa antara saudara mu dan Sion?"

"Kak Ra-ya?"

"Maaf sepertinya aku harus meralat ucapanku di mimpi sebelumnya, aku akan selalu datang di setiap mimpi mu. Entah itu aku hanya melihatmu atau mengajak mu berbicara seperti sekarang."

"Kenapa?"

"Aku bosan, tapi aku tidak mungkin berkeliaran di bumi. Cukup di mimpi seperti ini saja, dan kamu yang akan menjadi teman ku."

"Eumm, baiklah selagi aku mampu."

"Tenang kamu gak akan melihat arwah lain selain diriku."

"Lalu apakah kakak pernah mampir ke mimpi Eric?"

"Of course, Rey sering merindukan ku. Maka dari itu, besok kamu harus mendengarkan secuil masa lalunya."

"Apakah aku akan lelah nanti nya saat bangun dari mimpi?"

"Hm, bisa jadi. Tapi itu tergantung kamu nya."

"𝙲𝚕𝚊𝚜𝚜𝚒𝚌 𝚃𝚎𝚎𝚗𝚜"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang