♡• Enam puluh empat

41 5 0
                                    

Malam pun tiba, kini giliran Rara dan Bellva yang menjaga Ela. Mereka pun sudah memberikan seribu satu pertanyaan, mulai dari Leon yang tiba-tiba nembak Ela sampai kejadian di gudang. Namun anehnya, Ela tidak mengingat apa-apa tentang dia yang pingsan di gudang selain bersih-bersih bersama kedua kakak kelasnya.

"Masa lo bener-bener gak inget?"Tanya Rara heran.

Krauk... Krauk... Krauk...

"Bagi Bell," pinta Rara, menyodorkan tangannya. Bellva menuangkan pilus favoritnya ke tangan Rara.

"Iya, masa kamu enggak inget? Kan aneh," tambah Bellva.

Ela hanya mengendikan bahunya, gue gak mungkin ceritain yang sebenarnya. Bang Satria, kak Raja, kaca spion juga sampai ngerahasiain ini dari sahabat-sahabat mereka, pasti ini bener-bener serius. Batin Ela yang sewaktu dia sadar, mendengar isi rekaman suara juga percakapan ketiga lelaki tadi siang.

"Jangan bohong, itu muka kenapa kelihatan gelisah kalau bukan karena rahasiain sesuatu dari kita?" Bellva menunjuk-nunjuk Ela.

"Gue gak dibolehin ke sekolah besok." Jawab Ela tak sepenuhnya berbohong.

"Ohhh, pasti lo gak mau ketinggalan ujian PKN kan?" Tebak Rara yang mendapat anggukan kepala dari Ela.

"Yah, mau gimana lagi? Bang Satria gak bisa dilawan, ayah sama bunda juga pasti setuju." Lanjut Rara.

"Tapi mingdep kita UTS, gue gak mau ada susulan. Seumur-umur belum pernah yang namanya ikut susulan," balas Ela.

"Terus mau kamu apa?" Tanya Bellva masih mengunyah pilus.

"Bantu gue pergi diam-diam, gimana?"

"What!?" Kompak Rara dan Bellva.

"Gak gak gak, gue gak mau ya kalau itu rencana lo. Bisa habis gue kena sembur bang Satria, belum lagi nanti ngerembet kemana-mana." Tolak Rara mentah-mentah.

"Aku setuju!" Timpal Bellva.

"Gue tetep bakal pergi, dengan atau tanpa bantuan kalian." Final Ela lalu beranjak dari brankar dan masuk kedalam kamar mandi.

"Ck, kepala batu!" Cibir Rara.

Tak selang beberapa lama, Ela sudah kembali ke brankar. Saat ini dia tengah membaca materi PKN dan juga mengerjakan beberapa latihan soal. Rara dan Bellva pun melakukan hal yang serupa.

"Eh, kita ujian praktek PKN nya apa sih?" Tanya Bellva.

"Kalau gak salah baca Pancasila sama sumpah pemuda." Jawab Rara. Bellva mengangguk paham.

"Sama pembukaan UUD 1945," timpal Ela yang membuat Rara membulatkan mata.

"Yang itu dihapalin? Atau baca teks?" Tanya Bellva khawatir.

"Teks, tapi pelafalan yang dinilai." Ucapan Ela membuat Bellva sedikit lega, juga Rara yang membuang nafas panjang pertanda aman untuk saat ini.

"Oke deh, terus yang tertulis?"

"Ngerjain 50 soal pilgan sama 5 uraian." Bellva hanya mengangguk-angguk saja.

Ceklek

"Eh kak Raja?" Rara dan yang lainnya dibuat bingung saat Raja memasuki ruang inap Ela. Bukannya tadi siang sudah kesini? Kenapa menjenguk kembali?

"Gue cuma mau bilang, Ela masih bisa ikut ulangan tanpa susulan. Online." Ucap Raja menjelaskan maksud kedatangannya.

"Lewat?" Tanya Ela.

"Video call, pihak sekolah yang bakal ngehubungin." Ela manggut-manggut paham.

"Pasti campur tangan elo kan?" Tebak Ela.

"𝙲𝚕𝚊𝚜𝚜𝚒𝚌 𝚃𝚎𝚎𝚗𝚜"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang