♡• Enam puluh tiga

40 5 2
                                    

Ketiga murid itu tiba didepan gudang. Entah kenapa Ela merasa kalau hawa di gudang ini nampak berbeda. Dia yang tadinya tersenyum disepanjang perjalanan, berubah menjadi dirinya yang sesungguhnya. Dingin dan tidak berekspresi.

Sudah setahun sejak kepergian elo Li, gue jadi gak pernah kesini. Batin Raja.

Ela memejamkan matanya, dia merasa kalau ada seseorang yang memanggilnya.

"Ela, akhirnya kita bertemu lagi."

"K-kak Raya?"

"Iya ini aku dan aku ingin memberi tau mu satu hal."

"A-apa?"

"Tempat yang ada di hadapanmu ini adalah tempat terakhir aku melihat dunia."

"Mak-maksudnya?"

"Nanti kamu akan tau, sekarang buka matamu. Sion dan Raja jadi cemas tuh."

Seketika itu juga, Ela membuka matanya.

"Lo kenapa?" Tanya Sion dingin, walau tersirat rasa khawatir.

"Eng-nggak, yuk ma-masuk!" Ela tersenyum teduh. Menutupi kegugupannya juga rasa takutnya.

Ada yang aneh. Batin Raja yang merasa ada kejanggalan.

Merekapun masuk ke dalam gudang, disana banyak sekali debu, sarang laba-laba serta sisa percikan darah yang sudah mengering akibat kejadian setahun silam.

Tempat ini gak berubah. Batin Sion.

Bahkan darah elo masih membekas Li. Batin Raja sendu.

Sion yang menyadari perubahan raut wajah Raja, segera mendekat dan membisikan sesuatu. "Gue tau, kenangan terakhir disini sangat pahit. Tapi tegarin hati lo." Setelah membisikan itu, dia menepuk bahu Raja beberapa kali. Lalu pergi ke sudut ruangan untuk mulai bersih-bersih.

Ela juga sudah mulai membereskan sarang laba-laba, Raja pun menguatkan hatinya dan mulai membersihkan sisa darah kering milik sahabatnya.

"Tunggu, kak sejak kapan gudang ada darahnya?" Tanya Ela saat melihat Raja.

"Gak usah banyak tanya, sana lanjut bersih-bersih." Itu Sion yang menjawab, Ela mencebik kesal lalu melanjutkan kegiatannya.

40 menit kemudian...

Ketiganya telah menyelesaikan hukuman yang diberikan bu Nuri. Saat ini Sion dan Raja sedang duduk bersandar pada dinding gudang. Sementara Ela ada disisi lain dari tempat keduanya duduk.

Kenapa gue ngerasa gak enak? Aura apa ini? Batin Sion.

"Ja, lo ngerasa sesuatu atau cuma perasaan gue aja?" Tanya Sion.

"Gue juga ngerasain, dan feeling gue itu asalnya dari Ela." Setelah mengucapkan kalimat itu. Sion dan Raja menoleh kearah Ela, bertepatan dengan Ela yang membalikkan badannya.

Seram!

Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi Ela saat ini, wajahnya mendadak nampak pucat, tatapannya kosong namun terarah ke Sion.

"El, are you okay?" Tanya Raja.

Ela tersenyum miring, dia berjalan dengan teratur mendekati Sion dan Raja. Ada yang aneh, aura yang dibawakan sangatlah berbeda. Tatapan kosong Ela lah yang membuat Sion semakin yakin kalau yang ada dihadapannya bukan Ela.

Grep.

Tanpa aba-aba, Ela memeluk Sion dengan sangat erat. Sion sampai dibuat sesak, namun Sion sangat asing dengan rasa dari pelukan ini. Sangat berbeda dengan pelukan yang sudah-sudah, rasanya... Dingin.

"𝙲𝚕𝚊𝚜𝚜𝚒𝚌 𝚃𝚎𝚎𝚗𝚜"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang