"Satu!"
"Dua!"
"Tiga!"
"Empat!"
"Hossh... Ben-bentar, capek..."
"Lima!"
"Ah shit!"
"Enam!"
"Ayolah, kasih jeda... Hoshh... Bentar.."
"Tujuh!"
"Ck, dasar gak punya hati!"
"Delapan!"
"Sembilan!"
"Setengah!"
"ELA!!!" Teriak Rara karena saat ini dirinya menggantung di salah satu alat gym milik sahabatnya itu.
"Tik tok tik tok..." Ela berpura-pura menghitung waktu dari jam tangannya.
"ARRGGHH!!" Rara benar-benar kesal. Dari dulu Ela tidak pernah berubah, selalu saja melakukan sesuatu tidak pernah tanggung-tanggung. Tak terkecuali menghukum sahabatnya sendiri.
"Udahlah El, kasian. Toh juga nilainya masih A." Bellva mencoba membujuk Ela.
"92... Nyaris B. Gue sebenernya gak nuntut banyak, cuma kemarin elo emang enggak serius belajarnya Ra! Sekarang kasih tau gue siapa atau apa yang buat elo gak konsen?"
"Gak ada." Elak Rara.
"Yaudah lo bakal gantungan terus kayak monyet!" Balas Ela cuek hendak keluar ruang gym nya.
"Huffftt... Oke! Gue ngaku, gue ngaku. Kemarin gak fokus belajar." Final Rara.
"Alasannya?" Ela berbalik menatap sahabatnya itu.
"G-gue pengen marathon film yang ba-baru aja tayang."
"Bohong!"
"Serius gue gak bohong."
"Satu!"
"EL!"
"Dua!"
"Serius!!"
"Ti..."
"Oke! Kak Aldo! Puas?!!"
"Turun!" Rara turun dari iron gym pull up dan langsung meneguk air yang dibawa Bellva.
Ela menatap Bellva dengan pandangan yang sulit untuk Rara artikan. Alis Ela dan Bellva saling naik turun, seakan memberikan kode-kode tertentu.
"Kalian kenapa sih?" Tanya Rara heran.
"Gak!" Kompak Ela dan Bellva.
"Nah giliran kamu El." Tutur Bellva.
"Hm, enteng kalau segini mah." Ela pun bersiap didepan alat yang tadi dipakai Rara.
"Satu!" Ela mulai melakukan gerakan pull up.
"Ceritain apa yang terjadi." Ucap Ela disela-sela hitungannya.
"Yah, semenjak Bellva jadian. Kak Aldo kayak kasih kode-kode gitu, tapi yang bikin gue bingung. Dia kayak ngegantungin hubungan kita." Curhat Rara.
"Lima... Kok bisa?" Tanya Ela heran, masih menghitung.
"Habis, dia bersikap sama ke semua cewek. Ya gimana ya, gue paham sih sebagai ketua OSIS dia harus ramah dan lain-lain. Tapi kalau emang dia naruh rasa, harusnya kan gak kayak gini. Bikin gue bingung." Wajah Rara mulai murung. Bellva menepuk-nepuk punggung Rara guna memberi kekuatan.
"Sepuluh! Hhhh... Kalau gitu lupain aja, toh cowok di dunia ini gak cuma dia." Tutur Ela turun dari alat gym dan langsung menyambar air mineral.
"Sembarangan kalau ngomong! Emang sih kak Aldo itu bukan cinta pertama gue, tapi gue ngerasa beda kalau sama dia. Kayak ada something yang gak pernah gue rasain sewaktu pacaran sama mantan-mantan gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
"𝙲𝚕𝚊𝚜𝚜𝚒𝚌 𝚃𝚎𝚎𝚗𝚜"
Fiksi Remaja[Follow dulu sebelum baca] Ini kisah tentang sebuah persahabatan, bukan persahabatan biasa. Ini tentang kita, mempertahankan apa yang kita punya. Karena sesungguhnya mempertahankan sebuah hubungan jauh lebih sulit, dibanding harus menjalin hubungan...