30. Nikah Yuk!

48.3K 3.7K 17
                                    

"Aku sudah terbiasa denganmu, tolong jangan pergi. Nyamanku sekarang ada padamu."
-Arjuna Dareen Pradipta-

"Mana sih Arjuna  sama Nashwa? Daritadi di tungguin nggak muncul-muncul," gerutu Johan sudah mulai lelah sejak setengah jam yang lalu menunggu Arjuna dan Nashwa di parkiran. Di telfon bilangnya sebentar lagi, tapi kenyataannya?

Sekolah sudah sepi, hanya tinggal beberapa anggota osis yang masih di sekolah. Dan soal wanita yang ingin bunuh diri tadi, untungnya bisa di cegah. Dan usut punya usut, yang menyebabkan wanita tadi ingin bunuh diri disebabkan oleh kasus perundungan.

"Kemanasih mereka, lama banget," Sarah sudah sejak tadi mondar-mondir menunggu kedatangan Nashwa. Kepalanya sudah di penuhi rasa cemas, bisa-bisanya ia menyeret Nashwa melihat orang ingin lompat dari rooftof sementara Nashwa sendiri memiliki trauma dengan rooftof.

"Udah, tenang. Gue yakin Nashwa baik-baik aja,"  Nana mencoba menenangkan, walau sebenarnya ia pun sangat khawatir.

"Suit, suit," Johan bersiul menggoda kearah dua orang siswi yang baru saja tiba di parkiran. Sepertinya mereka anggota osis.

"Abang gabut ni, pacaran yuk!" Johan menaik turunkan alisnya menggoda, membuat pipi kedua gadis remaja itu bersemu.

Plak!

"Aduh!" Johan berjengit kaget, memegangi kepalanya yang baru saja kena tampol oleh Bimo.

"Gabut lo bener-bener minta di musnahkan," Bimo geleng kepala melihatnya.

"Adek-adek, jangan dengerin kata playboy cap kodok ini ya, mending sama Abang aja," Bimo mengeluarkan senyum mautnya, membuat pipi kedua gadis itu semakin merona

Plak!

"Aduh!" Gantian Johan yang memukul Bimo, membuat laki-laki itu meringis.

"Eh, itu Arjuna sama Nashwa," kata Adrian yang sedari tadi memang hanya memperhatikan kedepan.

Sontak saja semuanya mengalihkan perhatian yang semula kearah Bimo dan Johan kini kearah depan. Melihat dua orang remaja berbeda gender tengah berjalan kearah mereka.

Sarah dan Nana yang sudah tidak sabarpun langsung berlari menghampiri Nashwa, memeluk wanita itu erat dan mengecek badannya apakah ada yang terluka atau tidak.

"Lo nggak papa, 'kan? Nggak ada yang lecet, 'kan?" Tanya Sarah sambil matanya menelusuri tubuh Nashwa. Tanpa ia sadari, air matanya bahkan luruh membasahi pipinya.

Nashwa mengehembuskan nafasnya, dia tidak boleh terlihat lemah di hadapan siapapun, cukup tadi Arjuna jangan di tambah lagi.

"Gue baik-baik aja, udah ih, kok nangis."

"Beneran?" Tanya Nana tak yakin.

"Iya ish, khawatir banget. Kaya gue habis dari medan perang aja," gerutu Nashwa.

"Lo tu hiks, maaf," Sarah makin sesegukan, membuat Nashwa langsung memeluknya erat.

"Stttt, udah, gue nggak papa, jangan nangis dong," Nashwa mengelus pelan punggung Sarah, Nana yang melihatnyapun ikut memeluk kedua sahabatnya itu.

"Jangan bikin kita khawatir lagi, dan maaf soal tadi," kata Nana juga ikut meneteskan air matanya.

Setelah acara peluk-pelukkan yang berlangsung sekitar dua menit itu berakhir, Nashwa langsung saja mengajak kedua sahabatnya pulang.

"Ayo, kita pulang!" Seru Nashwa semangat sambil menggaet tangan Sarah dan Nana, menyeret kedua manusia itu ke parkiran tempat Nana memarkirkan mobil.

Arjunashwa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang