"Sadar atau tidak, rasa nyaman saat bersamamu itu mulai tumbuh."
-Nashwa Hanindya-°•0•°
"Darimana lo?" Tanya Johan saat melihat Arjuna berjalan menuju sofa yang ia dan Bimo tempati. Sementara Adrian dan Devan masih sama, lesehan sambil nge-game yang tidak ada sudahnya.
"Nyari angin," sahut Arjuna mendudukkan dirinya disamping Johan yang tengah memakan kacang kulit. Mana mungkinkan Arjuna bilang dia pergi menemui Nashwa?
"Napa muka lo pucet begitu?" Kini gantian Bimo yang bertanya.
"Pusing gue," jawab Arjuna menyandarkan punggungnya kesandaran sofa.
"Jangan banyak pikiran," kata Adrian tanpa beralih dari game-nya. Ia sangat paham bagaimana Arjuna, jika sudah berurusan dengan Papanya, pasti laki-laki itu menjadi banyak sekali berfikir, membuat kepalanya sakit, di tambah lagi dengan akhir-akhir ini Arjuna kurang istirahat karna mengurus distronya yang mengalami beberapa masalah.
"Bener tuh, udah macam orang tua aja," setuju Devan.
"Jadi gimana besok nih, jadi nggak kita muncak?" Tanya Bimo. Pasalnya, besok adalah tanggal merah, dan mereka sudah merencanakan untuk pergi ke puncak.
"Nggak tau gue," jawab Arjuna mengambil kaleng soda yang sudah terbuka. Entah milik siapa? Yang penting ia minum.
"Kayaknya enggak deh, badan gue rasanya nggak enak. Kalian pergi aja," sambung Arjuna lagi.
"Nggak bisa gitu dong, kita rencananya berlima, satu nggak pergi artinya nggak ada yang pergi." Sanggah Devan cepat. Mana bisa begitu, mereka bersenang-senang sedangkan Arjuna sendirian dalam keadaan tidak enak badan pula. BIG NO!
"Bener tuh, lagian mana seru kalo nggak ada lo," timpal Johan menyetujui.
"Ya ya ya, kalian memang pengertian," ucap Arjuna rada acuh, membuat teman-temannya mendengus. Perhatian dengan Arjuana sama saja tidak, laki-laki itu tidak akan berterimakasih.
"Yan, kamar dikunci nggak?" Tanya Arjuna kepada Adrian.
"Nggak, masuk aja." Jawab Adrian masih fokus dengan game-nya. Arjunapun berjalan menuju kamar Adrian meninggalkan keempat teman-temannya. Kepalanya terasa sangat pusing, matanya berat, badannya capek, Arjuna butuh istirahat.
••••
Saat ini Nashwa tengah mondar-mandir di apartemen Arjuna, pagi-pagi sekali ia sudah datang kesini karna malam tadi ralat, bukan malam, tapi tengah malam ia mendapat kabar bahwa Arjuna sakit dari Johan. Jadilah pagi-pagi sekali dia sudah disini untuk menunggu kedatangan Arjuna dkk yang ternyata tidur di bengkel Adrian atau biasa disebut basecamp mereka.
Suara decitan pintu sontak saja membuat Nashwa langsung berlari kedepan. Di ambang pintu sana, Nashwa melihat Arjuna tengah di bopong masuk oleh Adrian dan juga Bimo. Nashwa menghampiri, di wajahnya jelas sekali tergambar kekhawatiran melihat kondisi Arjuna yang lemah dan pucat.
"Bawa ke kamar," seru Nashwa berjalan lebih dulu kearah kamar Arjuna.
Adrian dan Bimo membaringkan Arjuna dengan perlahan. Nashwapun langsung membantu membenarkan posisi Arjuna dan menyelimutinya.
"Berat juga lo bos," ucap Bimo berkacak pinggang sehabis membopong Arjuna.
"Kebanyakan dosa," sambung Adrian yang masih sempat-sempatnya nyinyirin Arjuna yang tengah sakit.
"Kek elu kagak!" Balas Johan.
"Udah-udah, kenapa malah jadi ribut. Wa, kita balik ya, tolong lo jagain Arjuna," kata Devan melerai sambil berpamitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arjunashwa (END)
أدب المراهقينKarna suatu insiden kecil yang pernah terjadi waktu mereka kelas sepuluh, Nashwa begitu menghindari yang namanya Arjuna Dareen Pradipta. Laki-laki tampan, idola seantero sekolah bahkan hingga luar sekolah. Laki-laki yang begitu di segani, banyak yan...