"Kenapa harus sesulit ini berdamai dengan masa lalu?"
-Nashwa Hanindya-°•0•°
"Hiks, takut ..." lirih Nashwa dengan tangis pilunya. Kini, ia dan Panji sudah berada di kamar Nashwa, dengan posisi Panji yang masih terus mendekap erat sang Adik sambil terus menenangkannya
"Sstt, ada Abang, Abang nggak akan biarin Nashwa kenapa-napa. Nggak akan Abang biarin dia nyakitin kamu, Abang janji." Panji terus mengusap lembut kepala Nashwa.
"Hiks, hiks," Panji memejamkan matanya, ia bersumpah, sampai Adiknya kenapa-napa karna wanita itu, akan ia bunuh. Panji bersumpah.
Tak lama kemudian Panji merasakan deru nafas Nashwa yang berangsur tenang, isakan-isakan tadipun sudah mulai menghilang. Sepertinya, Nashwa sudah terlelap karna terlalu lama menangis. Untungnya, tadi Nashwa sudah mengganti bajunya dengan baju tidur.
Karna tak ingin membangunkan sang Adik, Panji memutuskan ikut terlelap dengan Nashwa yang ada di dekapannya. Biarlah badannya nanti sakitan karna tidur dengan posisi bersandar di kepala ranjang. Yang penting sekarang adalah Nashwa, dalam keadaan seperti ini Panji tak akan meninggalkannya sendiri.
Ia hanya takut, takut Adiknya melakukan hal gila seperti dulu. Hal gila yang akan membuat dunianya benar-benar hancur lebur. Ya, dulu Nashwa pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan cara mengonsumsi obat tidur dan penenang dengan dosis tinggi, bahkan hampir berhasil jika saja Panji terlambat membawanya ke rumah sakit.
Maka dari itu, Panji melarang keras Nashwa memiliki obat apapun. Ia takut Nashwa melakukan hal yang sama seperti dulu.
_
_
_"Lo itu pelakor! PHO! Anak kecil! Nggak usah kegatelan!"
Sret
"KAK DITO!!!"
"NASHWA!!"
Brugh
"Ayah sama bunda udah meninggal, mereka kecelakaan waktu perjalanan pulang."
"Sepertinya korban mengalami panik berlebihan yang membuat konsentrasinya buyar hingga tak lagi menyadari truk yang melintas."
Nashwa bergerak gelisah dalam tidurnya, keningnyapun sudah di penuhi keringat dingin.
"Anak saya Dito udah nggak ada, semuanya karna kamu! Dasar pembawa sial!"
"Itu yang bikin Kak Dito meninggal."
"Orangtuanya juga meninggal karna dia."
"Pembawa sial."
"Jangan ada yang deketin."
Nashwa membuka matanya paksa, nafasnya memburu, air matanya bahkan sudah luruh membaur dengan keringat. Mimpi itu, semua adalah penggalan memori kelam Nashwa. Dulu semua orang menjauhinya karna menganggapnya pembawa sial hingga Nashwa tak berani melihat dunia luar dan memilih home scholing. Dulu, hanya Nana dan Sarahlah yang selalu ada untuknya, sahabat terbaiknya.
Nashwa membekap mulutnya, tak ingin membangunkan Panji yang tengah tidur sambil bersandar di kepala ranjang. Namun sayang, Abangnya itu terlalu peka.
"Hey, kenapa?" Panji bertanya panik saat melihat kondisi Adiknya.
"Cuman mimpi buruk," jawab Nashwa sambil me-lap air matanya. Tak banyak bicara, Panji langsung saja merangkuh sang adik dalam dekapan.
"Abang disini," lirihnya sambil mengecup sayang puncuk kepala Nashwa, hingga rak terasa, setetes air matapun ikut jatuh dari pelupuk matanya. Panji yang kuat dan tegar kini telah lenyap saat melihat kondisi sang adik.
![](https://img.wattpad.com/cover/242483383-288-k97915.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arjunashwa (END)
Teen FictionKarna suatu insiden kecil yang pernah terjadi waktu mereka kelas sepuluh, Nashwa begitu menghindari yang namanya Arjuna Dareen Pradipta. Laki-laki tampan, idola seantero sekolah bahkan hingga luar sekolah. Laki-laki yang begitu di segani, banyak yan...