"Sebuah hubungan tidak akan berjalan mulus tanpa adanya landasan utama yang dinamakan kepercayaan."
-Nashwa Hanindya-°•●•°
"Jadi ... kenapa lo bisa tau kondisi Bang Panji, kenapa lo bisa kenal Bang Panji sama Kak Bara?" Tanya Nashwa sambil menatap Adam yang tengah duduk di hadapannya.
Saat ini mereka tengah berada di sebuah mini market yang letaknya tak jauh dari rumah sakit.
Adam menghela nafas, haruskah ia mengatakannya.
"Gue nggak mau lo nyembunyiin apapun dari gue," ucap Nashwa yang membuat Adam kembali menarik nafas dalam.
"Gue kerja sama Bang Panji, udah dari gue kelas sepuluh. Maka dari itu gue bisa tau kondisinya," jawab Adam apa adanya.
"Kerja apa?" Tanya Nashwa dengan dahi berkerut.
Adam terdiam cukup lama, ia sedang menimbang-nimbang apakah harus mengatakan pekerjaannya pada Nashwa atau tidak.
"Kerja ..."
"Gue nggak mau di bohongin lagi, Dam." Ucap Nashwa menginstrupsi Adam dari lamunannya.
"Gue kerja ... buat ngawasin lo," jawab Adam jujur.
Nashwa terlihat terkejut, "jadi selama ini yang ngikutin gue itu, lo?" Tanya Nashwa memastikan. Pasalnya, ia terkadang memang selalu merasakan kalau ada yang mengikutinya dan mengawasinya.
Adam mengangguk, membuat Nashwa speechles. Bisa-bisanya ia selama ini di awasi oleh Abangnya, pantas saja laki-laki itu selalu tau apa yang ia lakukan dan apa saja yang ia alami.
Nashwa memijat pelipisnya karna merasakan pusing di kepalanya.
"Lo nggak papa?" Tanya Adam khawatir.
Nashwa memaksakan senyum, "im fine, im always fine," ucap Nashwa berbanding terbalik dengan matanya yang tengah berkaca-kaca.
"Jangan terus bilang baik-baik aja, kalau sebenarnya hati lo lagi terluka parah. Kita nggak harus selalu terlihat baik-baik aja, ada kalanya kita juga harus tampil apa adanya, dengan segala luka yang kita punya." Nasihat Adam membuat Nashwa tersenyum kecut.
"Buat apa? Nggak akan ada yang bener-bener peduli sama luka gue, di dunia ini kita cuman hidup sendiri, yang paling peduli, yang paling ngerti, dan yang paling bisa nyembuhin luka lo ya diri lo. Nggak perlu tampil menyedihkan buat dapetin kepedulian orang lain, nggak ada yang bener-bener tulus di dunia ini. Dan lagipun, gue nggak suka di kasihanin." Papar Nashwa panjang lebar.
Memang benar, di dunia ini tak ada satupun orang yang benar-benar akan perduli terhadap apa yang kita alami. Hanya da beberapa orang saja yang menaruh iba, tapi mereka sama sekali tak akan mengerti apa yang kita rasa. Orang yang paling bisa kau andalkan saat dirimu terpuruk adalah dirimu sendiri, maka dari itu, penting untuk mencintai diri sendiri terlebih dahulu sebelum mencintai orang lain.
"Lo salah, buktinya Nana, Sarah, Arjuna, bahkan gue perduli sama lo, lo nggak sendiri di dunia ini, lo punya banyak orang yang perduli sama lo." Ucap Adam menyangkal apa yang Nashwa katakan.
"Ya, mereka perduli. Dan gue bersyukur atas itu, tapi lo tau. Seperduli apapun lo terhadap seseorang, segimanapun lo nyoba untuk selalu ada di sisi seseorang, lo nggak akan pernah paham, lo nggak akan pernah ngerti apa yang mereka rasain. Seerat apapun lo genggam tangan seseorang, seerat apapun lo meluk kerapuhan seseorang. Mereka akan tetap ngerasa sendiri, lo tau kenapa, karna yang hilang itu dari dalam diri mereka. Sekuat apapun lo nyoba buat ngobatin luka orang lain, luka itu nggak akan pernah sembuh kalo yang punya luka nggak usaha. Intinya, andalin diri lo sendiri dalam setiap hal, termasuk dalam ngobatin luka lo, itu lebih baik."
![](https://img.wattpad.com/cover/242483383-288-k97915.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arjunashwa (END)
Teen FictionKarna suatu insiden kecil yang pernah terjadi waktu mereka kelas sepuluh, Nashwa begitu menghindari yang namanya Arjuna Dareen Pradipta. Laki-laki tampan, idola seantero sekolah bahkan hingga luar sekolah. Laki-laki yang begitu di segani, banyak yan...