10. Sakit Perut

54.7K 4.3K 106
                                    

"Fakta paling menyakitkan adalah ketika kita tahu perasaan kita sama, namun tuhan kita berbeda."

~Devan-Nana~

•●•

"Nashwa... Nashwa..." Adam berbisik, ia mengguncang pelan lengan Nashwa yang sedang memperhatikan Bu Jamilah yang tengah mengajar dengan pipi menempel di buku cetak Sejarah.

"Apasih Dam?!" Kesal Nashwa mengangkat kepalanya, menatap tajam Adam yang duduk di sebelahnya.

"Liat nih," Adam menunjukkan foto tiga buah mangga muda kepada Nashwa. "Buah asli ada di jok motor gue, mau nggak lo?"

"Lo dapat dari mana?" Bisik Nashwa sepelan mungkin agar tidak ketahuan oleh Bu Jamilah bahwa mereka mengobrol di belakang. Nashwa dan Adam memang duduk sebangku, mereka duduk di meja pojok kanan paling belakang. Mengingat keduanya memiliki kesamaan yaitu tidak bisa diam saat ada guru yang menjelaskan. Alhasil, mereka memutuskan untuk duduk berdua dan mengambil posisi paling belakang agar bisa ribut atau tidur tanpa ketahuan.

Nashwa itu memang pintar, tapi dia juga manusia biasa seperti teman-temannya. Dia juga sering ribut di kelas, tidur, di hukum karna ketahuan tidak memperhatikan, dan bahkan Nashwa kerap kali mencontek dan mengejarkan pr di sekolah karna ia tidak sempat atau lupa bahkan malas mengerjakannya dirumah.

"Bude... dia minta ke Pak Somad atas permintaan gue," jelas Adam mengingat bahwa tadi saat jam istirahat di warung Bude Sri, ia membujuk Bude penjaga warung belakang sekolahnya tersebut untuk memintakan mangga kepada Pak Somad, tetangga Bude yang pelitnya tujuh turunan dari Nenek moyang sampai ke cucu. Tapi herannya jika dengan Bude Sri maka ia akan sangat berbaik hati. Maklum, Duda bertemu Janda.

"Gue mau..." Nashwa merengek, menatap Adam penuh binar. Nashwa memang sangat menyukai buahan sejenis mangga muda yang rasanya asam manis. Apalagi jika dimakannya pada saat cuaca sedang panas-panasnya seperti sekarang.

"Oke, hayuk keluar," Adam berucap enteng. Membuat mata Nashwa membola. Jelas-jelas di depan ada Bu Jamilah yang tengah mengajar, si Adam malah ngajak keluar.

"Lo buta? Nggak liat Bu Jamilah masih ngajar," kesal Nashwa menahan suaranya.

"Yaileh, gampang itu mah," Adam menayeringai. Membuat Nashwa curiga kepada si bad boy satu ini.

"Mau ap---"

"HAHAHA... LO EMANG KOCAK WA," tawa Adam beserta kalimat tidak jelasnya menggema di seisi kelas, membuat semua orang memperhatikan mereka tak terkecuali Bu Jamilah. Matanya sudah menatap tajam kedua anak muridnya tersebut.

"HEH! HEH! ADA APA INI?!" Bentak Bu Jamilah tak tanggung-tanggung sambil memukulkan penggaris kayunya ke mejanya.

Adam langsung menghentikan tawanya, sementara Nashwa sudah ketar-ketir di abangkunya.

"Nashwa Bu, ngelawak lucu banget," kaaaaan! Si Adam memang kurang ajar! Mengkambing hitamkan Nashwa agar bisa keluar kelas. Sungguh! Adam memang harus di buang ke segitiga bermuda.

"Nashwa...." desis Bu Jamilah tajam.

Nashwa menggeleng kuat, "nggak Bu, saya nggak ngelawak, bahkan daritadi saya diam. Adam aja yang ngaco Bu,"

"KALIAN BERDUA! KELUAR DARI KELAS!" Perintah mutlak dari Bu Jamilah. Bu Jamilah memang tidak segalak Bu Siti dan Pak Rahmat, tapi tetap saja menakutkan.

"Kalau begitu, kita permisi Bu," Adam langsung menarik tangan Nashwa dan membawanya keluar. Membuat Bu jamilah memijat pelipisnya yang tiba-tiba pening. Sementara Sarah dan Nana hanya mampu menatap miris nasib Nashwa yang tidak bersalah.

Arjunashwa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang