"Kak, please ... kasih tau kita di mana Nashwa. Kakak pasti tau 'kan?" Desak Sarah kepada Bara yang sedaritadi hanya menghela napas tanpa berkata apa-apa.
Sekarang, Arjuna, Sarah dan juga Nana sudah berada di ruangan Panji yang kini berganti menjadi ruangan Bara. Mereka berempat duduk di sofa ruangan tersebut, sedari lima menit yang lalu, Sarah, Nana dan juga Arjuna terus saja mendesak Bara agar mengatakan ke mana Nashwa pergi.
"Ayolah Kak, kita harus tau Nashwa ke mana," mohon Nana lagi entah sudah yang ke berapa kalinya.
Arjuna mengepalkan tangan, sedari tadi laki-laki yang bernama Bara ini terus saja diam. Ia sudah geram ingin menonjok wajah datar laki-laki itu agar mau mengatakan ke mana Nashwa. Tapi Arjuna mencoba sabar, ia harus menahan kekesalannya yang sedari tadi menggumpal agar tidak mengacaukan segalanya. Arjuna harus cepat, ia harus tau segera di mana Nashwa.
"Saya mohon, kasih tau kami tentang keberadaan Nashwa. Kami berhak tau," Arjuna benar-benar menguasai emosinya, ia bahkan menurunkan egonya di hadapan Bara.
Bara kembali mengehela nafas, "itu bukan wewenang saya, pulanglah. Nashwa butuh waktu untuk mengobati lukanya, beri dia ruang, dia butuh menenangkan hati dan pikirannya. Dan saya janjikan, Nashwa akan selalu baik-baik saja." Jelas Bara yang seketika saja langsung menyulut emosi Arjuna.
Arjuna menggebrak meja yang jadi penghalang antara ia dan Bara dengan keras, membuat mereka yang berada di sana kaget, terkecuali Bara, laki-laki itu masih tenang tanpa ada sedikitpun pergerakan.
"Gue bilang kasih tau ya kasih tau! Gue nggak bisa biarin dia sendiri! Dia punya gue! Dan gue harus selalu ada di sampingnya apapun yang terjadi!" Emosi Arjuna akhirnya tidak bisa di tahan, ia berdiri memandang Bara penuh emosi, belum lagi nada suaranya yang naik beroktaf-oktaf.
Bara kembali menghela nafas, sungguh ia tak bisa mengatakan tentang keberadaan Nashwa. Ia sudah berjanji, dan pantang untuk seorang Bara mengingkari janjinya. Apalagi ini Nashwa yang meminta, ia tidak mungkin membuat Nashwa kecewa.
Flashback on
"Ini tentang keputusan Nashwa, Nashwa minta Kakak bakal setuju dan dukung apapun yang akan Nashwa putuskan."
Bara memandang serius Nashwa, sepertinya gadis di hadapannya ini benar-benar serius tentang pembahasan topiknya kali ini.
"Katakan."
Terlihat Nashwa menarik nafas dalam lalu membuangnya perlahan, ia memandang Bara dengan serius.
"Nashwa pengen kuliah di luar negri, Nashwa ... butuh ruang untuk sendiri, Nashwa butuh waktu buat nyembuhin hati dan mental Nashwa yang sakit. Tolong ... bantu Nashwa, Kak." Mohon Nashwa dengan sungguh-sungguh.
Bara iba, ia tahu betapa sakitnya menjadi seorang Nashwa, ia tahu perempuan yang kini ada di hadapannya ini tengah sangat rapuh. Ia tahu, Nashwa yang kuat, kini telah lenyap.
"Kakak bakal lakuin yang terbaik buat kamu, apapun. Kamu sudah Kakak anggap kaya Adik sendiri, jadi kamu nggak perlu sungkan buat minta tolong ke Kakak." Jelas Bara yang mampu mengukir sedikit senyum di bibir pucat dan kering Nashwa yang kini jrang melengkung ke atas.
"Tolong jangan kasih tau siapapun ke mana Nashwa pergi. Sekalipun itu Arjuna, Sarah ataupun Nana. Nashwa bener-bener butuh waktu, Kak."
Cukup lama Bara terdiam setelah mendengar permintaan Nashwa. Tak lama kemudin, ia menangguk mantap.
"Nggak akan ada yang tau, Kakak pastiin itu," ucapnya sungguh-sungguh. Nashwa tersenyum lega. Semoga keputusannya ini benar.
"Ke mana kamu mau kuliah?" Tanya Bara yang hanya di balas senyuman oleh Nashwa. Perempuan itu tak langsung memberitahu, ia baru mengatakan di mana ia berkuliah bahkan saat hari keberangkatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arjunashwa (END)
Teen FictionKarna suatu insiden kecil yang pernah terjadi waktu mereka kelas sepuluh, Nashwa begitu menghindari yang namanya Arjuna Dareen Pradipta. Laki-laki tampan, idola seantero sekolah bahkan hingga luar sekolah. Laki-laki yang begitu di segani, banyak yan...