25. Mama Papa

45.2K 3.7K 43
                                    

"Jangan seperti itu, kau terlalu tampan. Nanti aku sulit lupa."
-Nashwa Hanindya-

°•●○●•°

Setelah pertandingan basket usai, dan tim Adrian memenangkannya dan telah menerima piala. Dengan segera kelima anak manusia itu meninggalkan sekolah dan ngumpul di basecamp atau bengkel Adrian.

Di ruangan yang cukup besar dan elegan itu terdamparlah empat anak manusia dengan berbagai jenis makanan yang mereka pesan via ojek online.

"Cup! Bibir kiss-able Arjuna mendarat dengan lembut di pergelangan tangan Nashwa yang memar," ucap Johan menyindir Arjuna yang tengah memakan makanannya. Kali ini laki-laki itu sedikit lebih berani karna semua temannya berkumpul.

Arjuna yang mendengar hal itupun mendengus, kaki bebasnya menendang punggung Johan yang memang duduk membelakanginya. Sekarang mereka hanya duduk lesehan melingkari meja berjejer makanan dekat sofa.

"Adoh!" Keluh Johan memegangi punggungnya.

"Mulai berani si bos ternyata," Bimo terkikik geli, tadi ia sudah di ceritakan oleh Devan mengenai kejadian itu saat berada dalam mobil Devan menumpang menuju bengkel Adrian. Bimo itu memang paling jarang bawa motornya, hobinya numpang. Itung-itung penghematan sebagai anak rantau.

"Diem lo!" Desis Arjuna menatap tajam Bimo yang masih terkikik.

"Gas Ar, lo jangan goblok kaya gue. Pokonya kalo lo suka sama Nashwa, bilang, jangan gengsi atau nunda-nunda." Saran Devan merebut remot yang di genggam Johan kemudian mengganti channel-nya yang semula keluarga somat---kartun kesukaan Johan, menjadi sinetron.

Otomatis Johan langsung histeris dan kembali merebut remot dari tangan Devan dan memutarnya kembali ke kartun kesukaannya.

"Sadar juga kalo lo goblok, lagian siapa juga yang suka sama Nashwa." Elak Arjuna.

"Ye ... masih aja gedein gengsi. Kalo kata Benjamin Frenklin ni ya, 'anda mungkin bisa menunda, tapi waktu tidak akan menunggu' jangan kelamaan. Takutnya, semakin berjalannya waktu, hadir orang baru yang bakal nikung lo. Atau mungkin Bimo tuh mau nikung." Nasehat Devan sengaja membawa-bawa Bimo agar Arjuna panas.

"Lah, kok gue?" Bimo bertanya dengan polos, sementara Arjuna sudah menatapnya tajam penuh intimidasi, "gue nggak tau apa-apa, gue nggak ikutan, mana mungkin gue nikung sahabat sendiri." Bimo melakukan pembelaan terhadap dirinya sendiri sebelum Arjuna semakin panas. Ia sempat menatap tajam Devan yang hanya di balas cengiran tak bersalah.

"Bimo mah bohong, dia itu diam-diam penuh siasat," Johan mengompori dengan mata masih fokus pada tv.

"Astaghfirullahal adzim, kompor lu ya! Jangan percaya Ar. Suer tekewer kewer gua nggak ada perasaan sama Nashwa barang sedikitpun." Bimo berkata dengan sangat serius sambil membentuk jarinya peace.

Arjuna memicing tajam, masih ada keraguan untuk percaya kepada Bimo. Bimo yang di tatap seperti itupun sedikit meringis, semua ini gara-gara Devan dan Johan. Mereka berdua harus segera di beri pelajaran!

"Bukan urusan gue, lagian Nashwa udah punya pacar." Ucap Arjuna acuh, ia sedikit mengingat pagi itu yang langsung membuat mood-nya hancur berantakan.

"Hah! Serius lo?" Tanya Johan tak percaya, kini ia mengalihkan fokus menatap Arjuna. Sebagai jawaban, Arjuna hanya mengangguk.

"Bukan." Kata Adrian ikut nimbrung. Kedatangan laki-laki itu membawa semerbak harum karna dia habis mandi. Ruangan yang menjadi basecamp ini memang memiliki kamar dan dapur.

Semuanya menoleh menatap Adrian yang baru saja mendudukkan dirinya di samping Arjuna.

"Maksud lo?" Arjuna bertanya dengan dahi berkerut.

Arjunashwa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang