"Jangan mau kalah akan gengsi, hiduplah versi dirimu sendiri, dunia akan semakin keras jika kita hidup dengan versi orang lain."
#me
☆☆☆☆
Demi apapun hari ini mood Nashwa benar-benar anjlok. Ingin makanpun ia sudah tidak selera. Dan semuanya gara-gara Laura, berani-beraninya wanita itu membawa-bawa kedua orang tuanya. Nashwa itu sangat sensitif jika ada orang yang tidak menyukainya lalu membawa-bawa kedua orang tuanya yang telah tiada.
Lihatlah sekarang, Nashwa bahkan tidak mood bicara dengan kedua sahabatnya dan memilih berjalan sendiri di koridor yang agak ramai, entah tujuannya ingin kemana, yang jelas jangan sampai ia kembali bertemu Laura. Bisa-bisa ia akan benar-benar menghajar wanita tersebut.
"Woy!!" Teriak Adam di telinga Nashwa dengan posisi tangan yang sudah merangkul Nashwa.
Nashwa menutup telinganya. "Budeg gue lama-lama, gue sumpalin kaos kaki juga tenggorokan lo!"
Adam cengengesan. "Sans ae Wa, gue cuman mau ngajak lo main basket."
"Males! Awas ih, ketek lo basah." Nashwa menyingkirkan tangan Adam yang merangkulnya dengan kasar.
"Ye.... basah gini masih tetep harum."
"Bodo! Buruan, jadi main nggak?" Nashwa berjalan mendahului Adam menuju lapangan basket.
"Tadi bilangnya males, dasar bocil! Bocah labil!" Adam berjalan menyamakan langkahnya dengan Nashwa.
••••
Peluh menetes dari kening Nashwa, ia benar-benar berkeringat. Dan untungnya Nashwa selalu memakai baju kaos, jadinya tidak tembus pandang deh. Nashwa benar-benar menikmati permainan basket ini meski lawannya laki-laki dan hanya dia perempuan satu-satunya. Tapi hal itu sudah biasa untuk Nashwa, ia bisa membaur dengan siapapun dengan cukup mudah, mau itu perempuan atau laki-laki asal asik.
Saat sedang asyik-asyiknya men-dribble bola, tiba-tiba kedatangan Arjuna dan antek-anteknya langsung mampu membuat para cowok-cowok yang tengah main bubar begitu saja---termasuk Adam tentunya.
Nashwa mendengus sebal ketika bola yang semula di tangannya beralih kepemilikan ketangan Arjuna.
"Ck, ngeselin banget sih. Balikin!" Pinta Nashwa kesal dengan keadaan kening, hidung, dan atas bibir di penuhi keringat. Bahkan ikat rambut yang semula terikat kencangpun sudah melorot kebawah.
"Ambil kalo bisa," tantang Arjuna dengan memantul-mantulkan bola tersebut kelapangan.
Nashwa yang tidak bisa di tantangpun langsung gerak cepat mencoba mengambil bola tersebut dari tangan Arjuna. Nashwa sempat dapat tapi Arjuna kembali merebutnya dan memasukkannya ke ring.
Sorak-sorak di pinggir lapangan begitu heboh meneriaki nama Nashwa dan Arjuna. Penonton yang tadinya tidak seberapa langsung membeludak berlimpah ruah seperti sedang mengantri sembako gratis dari pemerintah.
"Gue kasih tantangan satu lagi buat lo. Lo menang, lo boleh minta apapun ke gue. Dan kalo gue menang, lo harus jadi babu gue selama sebulan." Tantang Arjuna sembari menyodorkan tangan kanannya untuk di salami Nashwa.
Nashwa sedikit ragu, diakan tidak terlalu hebat bermain basket. Sedangkan Arjuna, laki-laki itu sangat pandai bermain basket. "TERIMA! TERIMA! TERIMA!" Sorak-sorak para penonton dari pinggir lapangan.
Ayolah, Nashwa jadi semakin panaskan. Terima, sama saja berjalan menuju kekalahan. Tolak, tidak-tidak, bisa jatuh harga dirinya jika mengaku kalah duluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arjunashwa (END)
Teen FictionKarna suatu insiden kecil yang pernah terjadi waktu mereka kelas sepuluh, Nashwa begitu menghindari yang namanya Arjuna Dareen Pradipta. Laki-laki tampan, idola seantero sekolah bahkan hingga luar sekolah. Laki-laki yang begitu di segani, banyak yan...