"Debaran ini semakin menggila saat di dekatmu."
-Arjuna Dareen Pradipta'☡
Nashwa berlari kearah kerumunan siswa di depan gerbang sana, ia membelah kerumunan, mencoba mencari celah guna bisa melihat apa yang terjadi. Begitu ia bisa melewati kerumunan itu, nafasnya terengah, matanya melotot begitu melihat pemandangan di depan matanya. Arjuna-- laki-laki itu tengah memukuli Angga, dan satu lagi. Ada seorang wanita yang tengah menangis dan berteriak histeris agar kegiatan kedua orang pria itu terhenti.
"Juna stop! Juna!" Nashwa berteriak, mencoba mendekat namun di halangi oleh murid lain.
"Bahaya, woy!" Laki-laki yang menahan tangan Nashwa itu berteriak.
"Lepas!" Nashwa berontak, namun tak mampu lepas dari laki-laki yang tak ia ketahui namanya ini.
"Arjuna udah!" Teriaknya lagi, namun tetap sama. Arjuna tak memdengarkan.
"Hiks hiks udah, jangan pukulin Angga lagi," wanita yang sepertinya satu sekolah dengan Angga tadi berteriak histeris. Keadaannya juga sama, di tahan oleh beberapa laki-laki.
Nashwa geleng kepala, ini tidak bisa dibiarkan. Keadaan Angga bisa-bisa makin parah jika perkelahian ini tidak di hentikan. Nashwa menatap ngeri Arjuna, laki-laki itu benar-benar bengis dan tidak terkontrol jika berkelahi.
"Minggir woy!" Bimo berteriak, memecah kerumunan di ikuti oleh Adrian, Johan, dan Devan.
Tak mau buang waktu, keempat laki-laki itu langsung memisahkan Arjuna yang tengah memukuli Angga secara membabi buta.
"Minggir lo semua!" Teriak Arjuna ingin kembali menghajar Angga yang telah tepar dan di tangani oleh wanita tadi.
"Tenangin diri lo!" Adrian menyentak Arjuna. Begitu susah membuat Arjuna tenang.
Merasa kondisi sudah lebih baik, Nashwa langsung berlari menghampiri Arjuna. Kondisi wajahnya memprihatinkan, meskipun tidak separah Angga namun tetap saja, wajahnya terlihat bonyok.
Nashwa melihat nafas Arjuna memburu, dadanya naik turun dan tatapannya setajam elang mengarah kepada Angga. Tangannya terkepal kuat membuat Nashwa menelan ludah, Arjuna terlihat menyeramkan.
"Singkirin cewek itu dari gue!" Geram Arjuna sambil menujuk wanita yang tengah memegangi pundak Angga yang tengah terduduk di tanah.
"Dan lo!" Arjuna menunjuk Angga. "Sadar diri! Jangan sok berkuasa atas apa yang bukan hak lo!" Setelah mengatakan itu, Arjuna berlalu menjauhi kerumunan. Di ikuti oleh teman-temannya termasuk Nashwa, sebenarnya Nashwa takut, tapi dia juga khawatir.
Begitu keluar dari kerumunan, mereka berpas-pasan dengan Pak Rahmat.
"Berkelahi lagi! Ikut saya ke ruang BK!" Tekan Pak Rahmat tak terbantahkan. Akhirnya, dengan langkah terpaksa Arjuna mengikuti Pak Rahmat, tak ada bantahan dan suara. Arjuna masih mencoba menenangkan emosinya.
Begitu sampai di ruang BK, Arjuna langsung mendudukkan diri tepat di hadapan Pak Rahmat.
"Bisa jelaskan," tekan Pak Rahmat.
"Masalah saya bukan sesuatu yang harus di ketahui banyak orang. Itu privasi saya," ucap Arjuna memilih tak ingin menjelaskan.
"Jika itu privasi, kenapa harus di selesaikan dengan berkelahi?" Tanya Pak Rahmat tak habis pikir.
"Karna telinganya tidak mendengarkan perkataan saya," jawab Arjuna datar.
Pak Rahmat menghela nafas lelah, bicara dengan Arjuna tidak akan mampu membuat laki-laki itu bersuara lebih. Hanya akan ada adu argumen karna lelaki itu sangat pandai menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arjunashwa (END)
Teen FictionKarna suatu insiden kecil yang pernah terjadi waktu mereka kelas sepuluh, Nashwa begitu menghindari yang namanya Arjuna Dareen Pradipta. Laki-laki tampan, idola seantero sekolah bahkan hingga luar sekolah. Laki-laki yang begitu di segani, banyak yan...