22. Cemburu?

47.1K 3.8K 59
                                    

"Aku tak mengenali perasaan ini, begitu asing dan ... entahlah."

-Arjuna Dareen pradipta-


Hari ini adalah hari di mana turnamen di langsungkan di SMA Permai, sekolah tersebut sudah sangat ramai di penuhi dengan siswa-siswinya sendiri, dan dari sekolah lain.

Pagi ini jadwal futsal akan berlangsung di mulai dari jam sembilan setelah upacara pembukaan, Nashwa yang baru datang sekitar jam tujuh setengah pun dengan buru-buru menyalimi dan mencium Abangnya.

"Bang ... Nashwa berangkat," pamitnya turun dari mobil.

"Iya,"

Nashwa pun masuk ke sekolah nya yang terlihat sudah begitu ramai. Di parkiran, ia celingukan mencari keberadaan Sarah dan juga Nana.

"WOY!"

"ALLAHU AKBAR, astaghfirullah kalian ... kalo jantung gue copot gimana?" Nashwa terkaget-kaget dengan kedatangan Sarah dan Nana yang mengagetkannya. Ia mengelus dadanya sabar, untung tidak copot.

"Hehe ... sorry, iseng-iseng berhadiah tadi itu," ujar Sarah dengan cengirannya.

"Berhadiah pala lo! Jantung gue mau copot yang ada," bantah Nashwa.

"Udah-udah, kalian berdua ish, masa gitu aja di permasalahin," lerai Nana mencoba sabar akan sikap kedua sahabatnya.

"Ya tap---"

"NASHWA ..."

Ucapan Nashwa langsung terpotong karna panggilan orang yang tengah berjalan menuju mereka, laki-laki tampan yang mampu menyihir kaum hawa untuk terus memandanginya. Contohnya saja Sarah, matanya sudah berbinar-binar melihat kedatangan orang tersebut.

"Kenapa Bang?" Tanya Nashwa setelah laki-laki itu ada di hadapannya. Ya, laki-laki itu adalah Panji.

"Nih, hp ketinggalan," Panji menyodorkan handphone Nashwa ke hadapannya. Dengan wajah datarnya dan kalimatnyapun datar sedatar-datarnya. Begitulah ia ketika di luar.

"Astaghfirullah, Nashwa kelupaan," Nashwa menepuk pelan jidatnya, sambil cengengesan ia mengambil alih Handphone-nya dari tangan Abangnya.

"Yaudah, Abang berangkat." Panji mengelus kepala Nashwa lalu kemudian mencium keningnya. Semua wanita yang sedari tadi melihat kedatangan Panji dan memperhatikan interaksinya dengan Nashwa pun berteriak histeris, bahkan Sarah pun hampir melakukannya jika tidak ia tahan-tahan

"Iya Bang, hati-hati." Nashwa meraih tangan Abangnya lalu di ciumnya punggung tangan Abangnya tak lupa dengan satu kecupan di pipi kanan Abangnya. Semuanya semakin menjerit histeris, sementara seorang pria lagi yang tak jauh dari mereka tengah mengepalkan tangannya kuat, rahangnya mengeras dan wajahnya memerah menahan emosi, ia pun berlalu pergi begitu saja.

"AAAAA ..." Akhirnya Sarah berteriak juga setelah punggung tegap Panji menghilang di balik pagar sekolah.

Nana membekap mulut Sarah, "astaghfirullah Sar ... gendang telinga gue ampir ancur denger lo teriak," keluh Nana menggosok-gosok telinganya.

"Hehe ... sorry," lagi dan lagi, Sarah hanya cengengesan sambil meminta maaf.

"Tauk, lebay! Pengen 'kan lo ada di posisi gue tadi," tunjuk Nashwa yang langsung di hadiahi cengiran oleh Sarah.

"My future imam itu tadi, masa lo doang yang di elus rambutnya, di cium keningnya, gue 'kan juga kepengen." Sarah mengerucutkan bibirnya.

"Entar, kalo udah sah," ucap Nashwa yang langsung membuat Sarah berbinar.

Arjunashwa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang