46. Kondisi Panji

29.8K 2.7K 24
                                    

"Terkadang, aku ingin menyerah dengan takdirku. Semua terasa sulit, namun aku sadar, tuhan tidak pernah memberikan cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya."
-Nashwa Hanindya-

°•■•°

Hari ini adalah hari terakhir ujin di adakan, membuat semua siswa-siswi kelas dua belas mampu bernafas lega. Namun beda lagi dengan Nashwa, saat ini ia tengah gelisah, bahkan ia mengisi soalpun dengan tidak fokus.

Ini semua karna malam tadi, malam tadi Abangnya menelpon setelah sekian lama tak mendengar suaranya. Namun, bukannya membuat Nashwa tenang malah semakin cemas. Pasalnya, suara Abangnya itu terdengar berbeda, terdengar sangat pelan dan seperti tercekat. Membuat Nashwa kepikiran sampai sekarang.

Tinggal lima soal bahasa inggris lagi yang belum terisi, Nashwapun dengan pasrah mengisinya dengan menggunakan insting. Ia sudah tidak tahan, ia ingin menelpon Abangnya.

Nashwa selesai mengisi, setelahnya ia sedikit mengecek kembali agar tidak ada yang keliru. Setelah semua pas, Nashwa memutuskan menyerahkan lembar soal dan jawabannya kepada guru yang tengah mengawas.

"Cepat sekali Nashwa," ucap Pak Irawan sembari menerima lembar yang di serahkan Nashwa.

Nashwa hanya tersenyum, "emm ... pak, yang sudah boleh keluar 'kan?" Tanya Nashwa hati-hati.

"Tentu boleh," jawab Pqk Irawan membuat Nashwa mengembangkan senyumnya.

"Saya keluar Pak," izin Nashwa yang di respon anggukan oleh Pak Irawan.

Nashwa keluar, berjalan menuju taman belakang dengan tergesa, sesampainya disana Nashwa langsung saja mendudukkan diri di bangku yang tersedia disana. Ia mengambil ponsel yang berada di sakunya, mencari nomor Abangnya dan mendial nomor sang Abang.

Satu kali, tidak ada jawaban.

Dua kali, belum juga ada jawaban.

Tiga kali, masih tidak ada jawaban.

Empat kali, kembali terdenar suara operator, membuat Nashwa menghembuskan nafasnya kecewa. Tak ingin menyerah, Nashwa beralih menghubungi nomor skretaris Abangnya, hanya satu kali percobaan, panggilan langsung tersambung.

"Halo Nashwa," suara dari seberang sana menyapa.

"Halo Kak, Abang mana?" Tanyanya langsung tanpa ingin basa-basi.

"Mmm ... ada kok," suara dari seberang sana menyahut.

"Nashwa mau ngomong, bisa kasih ponselnya ke Abang," Nashwa berharap cemas, ia pernah melakukan ini sebelumnya tapi selalu di tolak.

"Pak Panji, sedang sibuk. Tidak bisa di ganggu," lagi, Nashwa mendapat penolakan. Sesibuk apa sebenarnya Abangnya ini.

"Pak Bara, kondisi Pak Paniji semakin memburuk. Kita harus segera menemukan pendonornya."

Deg!

Suara dari seberang sana membuat napas Nashwa tercekat di tenggorokan dengan dada bergemuruh kencang.

"K--kak bara ... ta-tadi siapa?" Tanya Nashwa terbata, sungguh saat ini ia semakin sulit bernafas rasanya.

"Mmm, anu Nashwa, bukan siapa-siapa," jawab Bara tetdengar gugup.

"Kak, please ... jangan bohongin Nashwa," entah kenapa, Nashwa mulai menangis bahkan hingga suaranya terdengar oleh Bara.

Terdengar helaan nafas dari seberang sana, "Nashwa udah selesai ujiannya?" Tanya Bara lain dari yang Nashwa omongkan.

Arjunashwa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang