"Jangan biarkan opini orang lain menenggelamkan suara dari dalam diri anda."
~steve jobs~
☆☆☆☆
"Wa, lo di suruh Bu Siti ke gudang, bersihin gudang," Ujar seorang lelaki yang bernama Saipul. Ia mendatangi Nashwa yang tengah duduk-duduk di kelas sembari menunggu kedua temannya datang membawakan makanan untuknya. Hari ini dia tidak ke kantin karna merasa mager, malas gerak. Biasalah Nashwa, alhasil beginilah dia sekarang, duduk sendirian penuh kegabutan.
"Hah ... bersihin gudang?" Tanya Nashwa takut salah dengar.
"Iya, dia udah nungguin. Buruan ..."
"Serius lo pul?" Tanya Nashwa lagi masih tak percaya.
"Iya Nashwa. Buruan, daripada ntar lo di marahin."
"Yaudah deh," pasrahnya beranjak berdiri dari kursinya, padahal kepalanya masih terasa pusing tapi ya sudahlah, pikirnya.
"Eh Pul, bilangin Nana sama Sarah kalok gue ke gudang," pesan Nashwa sebelum pergi yang langsung di beri jempol oleh Saipul.
Dengan langkah agak ragu Nashwapun akhirnya menyusuri koridor menuju ke gudang belakang sekolah. Sesampainya disana Nashwa langsung saja masuk ke gudang karna pintunya terbuka, jadi ia berfikir bahwa bu Sti sudah ada di dalam sana.
Ruangan itu terlihat cukup gelap dan berdebu, Nashwa memanggil-manggil nama bu Siti namun tidak ada jawaban. Ketika ia berbalik dan ingin keluar, tiba-tiba saja pintunya tertutup. Dengan cepat Nashwa berlari dan mencoba membuka pintu tersebut namun sayangnya ia tidak bisa karna pintunya di kunci dari luar.
"BU SITI, BUKA BU, BU SITI ..." teriak Nashwa sembari menggedor-gedor pintu berwarna coklat tua tersebut.
"Nggak ada Bu Siti, yang ada Arjuna," ucap Arjuna dari luar pintu gudang. Ia terlihat menyandarkan tubuhnya di tembok samping pintu setelah mengunci Nashwa dari luar.
"Elo! Jadi ini kerjaan lo! Bukain nggak!" Perintah Nashwa dengan nada yang terdengar kesal.
"Bukain? Nangis dulu," kata Arjuna dengan posisi tangan di lipat di depan dada.
"Jangan ngajak ribut deh lo, bukain nggak!" Kesal Nashwa semakin kentara, ditambah lagi gedoran pintunya terdengar semakin kuat.
"Nggak, lo harus nangis dulu," kekeh Arjuna masih ingin melihat Nashwa menangis.
"Nggak akan! Cepetan bukain!"
"Nggak akan gue bukain jugak. Lo harus nangis dulu," Kata Arjuna semakin membuat Nashwa kesal.
Wanita itu berfikir keras bagaimana caranya ia bisa keluar dari gudang yang gelap, kotor dan juga menyeramkan itu, tiba-tiba saja ia teringat akan satu hal. Handphone-nya, dengan cepat Nashwa merogoh kantung roknya tapi ia tidak menemukan benda pipih tersebut, sudah di cek di kantung bajupun benda itu tidak ada.
"Hp gue mana?" Tanyanya pada dirinya sendiri. Nashwa celingukan menelusuri lantai gudang yang kotor berharap benda itu jatuh di sana.
Nashwa menepuk pelan keningnya, baru ingat bahwa tadi ponselnya ia pinjamkan kepada Vivi, teman sekelasnya sekaligus wakil ketua kelasnya. Wanita itu tadi mengatakan perlu makanya ia meminjamkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arjunashwa (END)
Dla nastolatkówKarna suatu insiden kecil yang pernah terjadi waktu mereka kelas sepuluh, Nashwa begitu menghindari yang namanya Arjuna Dareen Pradipta. Laki-laki tampan, idola seantero sekolah bahkan hingga luar sekolah. Laki-laki yang begitu di segani, banyak yan...