42. Posesif

41.7K 3.2K 21
                                    

"Aku pelit jika soal dirimu. Sedikitpun aku tak ingin berbagi."
-Arjuna dareen Pradipta-

👽

Arjuna kali ini memilih pulang ke rumahnya, ia ingin menyelesaikan segala salah paham antara ia  dan ayahnya, ia ingin memperbaiki semuanya, ia ingin semuanya kembali seperti semula.

Dengan perasaan bahagia, Arjuna memasuki rumahnya, bahkan ia sedikit bersenandung sambil memainkan kunci motornya. Begitu langkahnya sampai di ruang tengah, Arjuna dibuat kaget akan kehadiran Papanya yang sudah duduk manis di sofa.

"Pa," panggil Arjuna membuat laki-laki yang tengah menyesap kopinya itu menoleh.

Pria itu tersenyum, meletakkan kopinya di atas meja dan segera berdiri. Melihat senyum hangat dan tulus dari sang Papa, mampu membuat senyum haru Arjuna mengembang.

"Sini Nak," panggil Mahendra yang langsung membuat langkah Arjuna perlahan demi perlahan mendekat kearah pria tersebut.

Begitu mereka sudah saling berhadapan, Mahendra langsung saja menarik sang anak kedalam pelukannya. Laki-laki itu memeluk Arjuna dengan erat, menyalurkan segala rasa rindu yang ia tabung selama ini.

Arjuna yang mendapatkan pelukan mendadak dari Papanya pun juga tak kalah erat balas memeluk Papanya. Arjuna sudah sangat rindu dengan sang Papa, sudah bertahun-tahun mereka tak pernah sedekat ini dan sekarang ini kesempatan mereka.

Mereka berdua, kedua laki-laki tangguh itu kini bahkan sampai meneteskan air mata menikmati momen bahagia yang baru saja tercipta setelah sekian lama.

"Maaf," ucap Arjuna lirih, ia hampir terisak saat mengatakannya.

"Papa yang minta maaf, maaf Papa belum bisa jadi Papa yang terbai buat kamu, dan maaf karna Papa nggak bisa menjaga Mama dengan baik. Papa kangen sekali sama Juna," Mahendra semakin mempererat pelukannya, begitupun Arjuna.

"Juna juga rindu sama Papa dan Mama." Malam itu, Arjuna dan Mahendra menghabiskan malam bersama, bercerita panjang lebar, melakukan kegiatan yang tak sempat terealisasikan sejak dulu, menghabiskan waktu sebagai seorang  Ayah dan Anak tanpa ada lagi jarak.

••••

Nashwa berjalan santai menuju kelasnya, beberapa sapaan dari adik kelas hanya ia balas dengan senyuman. Saat langkahnya akan berbelok menuju kelasnya, seseorang merangkul bahunya membuatnya tersentak kaget.

"Selamat pagi Nashwa!" Sapa Adam riang.

Nashwa menggeleng, "pagi." Balasnya sambil melepaskan diri dari rangkulan Adam. Tidak enak jika ada yang melihat.

"Lo udah selesai tugas bahasa inggris?" Tanya Adam di sela langkahnya.

Nashwa menoleh, matanya mengerjap. Tugas bahasa inggris yang mana? Pikirnya.

"Tugas bahasa inggris yang mana?" Tanya Nashwa tak tahu menahu.

"Yang kemaren, yang minggu lalu," jawab Adam yang seketika saja membuat Nashwa menepuk jidatnya secara spontan.

"Gue lupa!" Serunya heboh. "Lo udah belom?" Tanya Nashwa balik.

"Ngeremehin gue lo? Ya pasti belomlah," jawabnya sambil cengengesan tak jelas.

Nashwa mendengus, sudah ia duga.

"Gue nyontek Nana ajalah," ucapnya sambil mengambil langkah cepat alias berlari.

Melihat Nashwa mulai berlari, Adam langsung meraih tangan wanita itu, membuat Nashwa terhuyung kebelakang.

"Apalagi Dam?!" Tanya Nashwa jengkel, ia harus buru-buru karna mata pelajaran pertama adalah bahasa inggris bisa berabe jika ia tidak sempat menyalin.

Arjunashwa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang