"Yang terlihat oleh mata saja bisa salah, apalagi yang hanya di dengar oleh telinga. Menilai baik buruk seseorang tidak semudah itu, jangan cepat mengambil kesimpulan sebelum benar-benar menyaksikan."
#me
☆☆☆☆
Sesuai apa yang di katakan Arjuna kemarin malam, hari minggu ini Nashwa akan ke apartemen Arjuna guna menagih janji laki-laki itu untuk memberitahu siapa dua anak kecil yang kemarin mereka temui.
Nashwa sudah sampai, ia bersiap mengetuk pintu, tak lama terdengar suara knop pintu di tarik memunculkan sosok Devan.
"Loh, lo ngapain disini pagi-pagi?" Tanya Devan bingung.
"Nagih janji, Arjunanya mana?" Jawab Nashwa kembali bertanya dengan celingukan menatap dalam apartemen Arjuna.
Tak lama sosok Arjunapun datang menghampiri Nashwa dan Devan, setelah itu disusul dengan Adrian, Johan, dan Bimo.
"Loh, kok Nashwa disini?" Tanya Johan bingung.
"Dia ikut kita," Arjuna menjawab.
Johan mengangguk paham, di ikuti oleh Devan, Johan juga Bimo. Akhirnya mereka mengerti maksud kedatangan Nashwa. Sementara Adrian, laki-laki itu sudah paham sejak awal hanya dengan melihat kehadiran Nashwa dihari minggu pagi mereka.
"Hayuklah kalau begitu kita cus... cabut," ajak Devan berjalan lebih dulu yang langsung di ikuti oleh yang lainnya.
"Kemana?" Tanya Nashwa setelah sampai di depan mobil Arjuna.
"Jangan banyak nanya, buruan naik." Titah Arjuna seolah tak ingin menerima bantahan.
Nashwa hanya menurut, iapun masuk ke dalam mobil duduk di samping kursi kemudi. Setelah Nashwa naik----Arjunapun menjalankan mobilnya di ikuti oleh motor Johan dan juga Adrian.
Arjuna menghentikan mobilnya di depan sebuah tempat makan di ikuti oleh yang lainnya. Laki-laki itu keluar dan Nashwapun juga ikut keluar. Nashwa mengikuti langkah kelima laki-laki itu dengan tingkat kebingungan akut.
Nashwa hanya memperhatikan saja interaksi antara Arjuna dan salah satu pelayan di tempat makan ini, pelayan itu memberikan banyak nasi kotak kepada Arjuna dan teman-temannya. Tunggu, jika dilihat dari nasi kotak sebanyak itu... apakah Arjuna dan teman-temannya ingin bakti sosial? Entahlah, Nashwapun tidak tau----ia malah semakin bingung.
Setelah membayar dan memasukkan nasi kotak tersebut ke bagasi, Arjuna kembali menjalankan mobilnya di ikuti oleh teman-temannya. Laki-laki itu kemudian memberhentikan mobilnya dihadapan sebuah rumah.
"Ini rumah singgah?" Tanya Nashwa turun dari mobil Arjuna.
"Nggak tau sih mau di sebut rumah apa? Tapi yang jelas, ini rumah buat anak-anak jalanan." Jawab Bimo ikut menatap kearah rumah yang ada di depan mereka. Rumah ini adalah rumah yang di bangun oleh Arjuna dan ke empat teman-temannya untuk para anak jalanan, mereka membayar segala kebutuhan dan memberikan beberapa orang pengurus bahkan guru pembimbing untuk merawat anak-anak yang tinggal disana. Sudah hampir tiga tahun rumah itu berdiri dan sangat membantu anak-anak yang tinggal disana.
"Woy, Bang Arjuna, Bang Adrian, Bang Johan, Bang Devan sama Bang Bimo udah dateng ..." teriak salah seorang anak laki-laki dari ambang pintu, usianya mungkin sekitar 15 tahun. Setelah anak laki-laki itu berteriak, keluarlah para anak-anak dari rumah tersebut, wajah mereka terlihat begitu bahagia menyambut kedatangan Arjuna dan teman-temannya.
"Bang Arjuna ..." Debi, anak perempuan itu menerobos ramainya anak-anak jalanan sepertinya sembari meneriaki nama Arjuna. Setelah berhasil keluar---anak perempuan itu langsung menubruk tubuh Arjuna yang sudah berjongkok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arjunashwa (END)
Teen FictionKarna suatu insiden kecil yang pernah terjadi waktu mereka kelas sepuluh, Nashwa begitu menghindari yang namanya Arjuna Dareen Pradipta. Laki-laki tampan, idola seantero sekolah bahkan hingga luar sekolah. Laki-laki yang begitu di segani, banyak yan...