51. Ikhlas

36.2K 3K 90
                                    

"Untuk kesekian kalinya, aku harus kembali mengikhlaskan sesuatu yang teramat berarti bagi hidupku."
-Nashwa Hanindya-

°•●0●•°


Arjuna berlari tergesa menuju taman rumah sakit, setibanya di sana, ia masih harus mencari keberadaan Nashwa. Setelah sekian menit mondar-mandir mencari, akhirnya Arjuna menemukan keberadaan Nashwa, perempuan tersebut terlihat duduk di bawah pohon besar dengan menumpuk wajahnya di sela kedua lututnya.

Arjuna tak ingin buang waktu, ia segera berlari menghampiri Nashwa lalu tanpa aba-aba langsung memeluknya dengan erat. Nashwa sempat berontak di awal, namun sepertinya ia mulai menyadari aroma parfum Arjuna yang begitu kental.

"Hiks, lepas ..." tangis Nashwa sambil terus mencoba melepaskan diri dengan sisa tenaganya.

"Sstt ... tenang okey, ini aku, Arjuna." Dengan sabar, Arjuna terus mendekap Nashwa dan mencoba menenangkannya.

Nashwa tak lagi berontak hanya saja tangisnya yang semakin pecah mendapati pelukan Arjuna.

Arjuna memejamkan mata, masih terus mencoba menenangkan Nashwa sebisanya. Tangis perempuan tersebut bgitu pilu, membuat hatinya terasa tersayat-sayat.

"Kenapa hiks, kenapa semua yang aku punya di ambil? Salah aku apa? Hiks ... aku tau dosa aku banyak, tapi kenapa balasannya harus seberat ini? Aku sendiri Juna, aku nggak punya siapa-siapa lagi ..."

Tangis Nashwa makin terisak saat mengatakan rentetan kalimat tersebut, membuat Arjuna semakin mengeratkan pelukannya.

"Sttt ... kata siapa kamu sendiri? Kamu punya aku, Nana dan Sarah. Kamu nggak sendiri sama sekali," ucap Arjuna sambil menangkup wajah penuh air mata Nashwa dan melapnya menggunakan jemarinya.

Nashwa memandang Arjuna dengan tatapan kosongnya, ia butuh laki-laki ini, ia butuh Arjuna, biarlah masalah tadi pagi di kesampingkan terlebih dahulu, Nashwa sekarang hanya ingin pelukan hangat dari Arjuna. Tak ingin membuang waktu, Nashwa langsung saja kembali menubruk dada bidang Arjuna.

"Kamu nggak salah apa-apa, tuhan juga nggak jahat sama kamu, dia hanya sedang menguji kamu, seberapa percaya dan cinta kamu sama dia, okey. Ini emang udah takdirnya, Bang Panji pasti sekarang sedih kalau ngeliat kamu kaya gini. Ikhlasin ya, dia butuh itu, dia juga butuh do'a kamu. Jadi please, aku mohon, kamu harus kuat, kamu nggak boleh berlarut dalam kesedihan kaya gini." Ucap Arjuna sambil mengelus punggung dan juga rambut Nashwa.

Nashwa masih terus terisak, ia mendengarkn dengan jelas setiap kalimat Arjuna, tapi tetap saja, setiap kalimat Arjuna hanya menjadi sebuah angin lalu untuk Nashwa. Yang ia butuhkan hanya Panji, Panji yang hidup dan tersenyum hangat kepadanya.

••••

Merelakan bukanlah suatu hal yang mudah, masih jauh lebih baik merelakan orang yang kita cinta bahagia dengan orang lain, daripada merelakannya berada di sisi tuhan.

Dan itu juga di alamai oleh Nashwa, sudah hampir setengah jam yang lalu orang-orang sudah kembali dari pemakaman Panji. Tapi Nashwa, ia masih setia memandang tempat terakhir Abangnya tersebut. Nashwa tak benar-benar sendiri, tak jauh dari tempatnya, berdiri Arjuna yang tak ada bosannya menunggui Nashwa.

Nashwa menyeka air matanya, sudah tak terhitung seberapa banyak air mata yang ia keluarkan, dan akibatnya adalah matanya yang membengkak. Tapi Nashwa tak peduli, ia dengan sedih memandang bergantian makan Panji dan juga kedua orangtuanya. Makam mereka bersebelahan, dan tanpa sengaja pandangan Nashwa terpaku menatap tempat kosong di samping makam Ibunya, Nashwa juga ingin ikut, tapi kapan tuhan akan memanggilnya, ia ingin mengisi tempat kosong tersebut.

Arjunashwa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang