18. Pelindung

42.6K 3.7K 20
                                    

"Saat aku mulai merasa nyaman akan hadirmu, kenapa malah kamu yang seolah hilang dari radarku."

#me

🏁

Kring kring kring

Bel tanda istirahat telah berbunyi, Adrian, Johan, Devan dan Bimo tengah membereskan pena dan buku-buku mereka agar bisa segera menuju warung Bude untuk menyusul Arjuna yang membolos sendirian sekaligus mengisi perut mereka.

"Bim, gue mau nanya ..." Devan buka suara saat mereka hendak keluar dari ambang pintu.

"Sok ... ngapain pake nanya, biasa juga langsung main samber," yap, benar sekali yang di katakan Bimo. Sahabat-sahabatnyakan memang tidak tau sopan santun satu sama lainnya. Tapi itu hanya berlaku di pertemanan mereka, jika diluar mereka juga punya attitude.

"Lo beneran pernah suka sama Nashwa?" Sedari kemarin ini yang ingin Devan tanyakan, tapi selalu saja tidak ada kesempatan.

"HAH!" Bimo kaget, ia segera membekap mulutnya sendiri kala melihat orang-orang tengah menatapnya. "Info dari mana, lo?"

"Nih, dari si curut," tunjuk Devan kepada Johan. Johan yang di tunjuk hanya cengengesan mendapat tatapan tajam dari Bimo.

"Jangan ngadi-ngadi lo rut! Mana pernah gue suka sama Nashwa!" Elak Bimo jujur. Ia memang tidak pernah suka dalam arti kata menaruh rasa lebih pada Nashwa, ia hanya menyukai Nashwa sebagai teman. Sudah, tidak lebih.

"Jadi yang mana yang bener?" Devan benar-benar bingung.

"Bimo," cicit Johan "gue cuman ngarang cerita maren. Mau bikin Arjuna cemburu," Johan memang berbohong karna ingin membuat Arjuna cemburu. Ia ingin memastikan apakah Arjuna memang benar-benar memilik rasa lebih atau tidak pada Nashwa. Pasalnya, baru kali inilah Arjuna bisa sedekat itu kepada perempuan walau dengan perantara babu dan majikan.

"Bangke!" Bimo dan Devan serentak mengumpati Johan si kembaran setan.

"Jangan bawa-bawa gue juga setan! Entar si Arjuna beneran salah paham sama gue gimana?" Bimo mengerang, bagaimana jika Arjuna benar-benar salah paham nantinya.

"Ya tinggal ngomong yang sebenarnyalah," dan dengan mudahnya Johan memberi jalan keluar.

"Silit kau!" Bimo kesal, ia menendang bokong Johan kuat hingga laki-laki itu tersungkur dan mencium lantai.

"Astogeh Bimo, kamu berdosa banget," Devan mendekat ke Johan yang tengah tersungkur, ia tadi sempat tertawa ngakak melihat Johan jatuh mencium lantai, ia kemudian mendekat, bukannya menolong Devan malah menduduki pinggang Johan.

"Devan bego! Mati gue! Setan lo pada!" Johan berontak, ia membuat Devan berdiri dengan tenaganya. Setelah Johan bangun, Bimo dan Devan langsung berlari dan di kejar oleh Johan. Sementara Adrian, ia hanya geleng kepala menyaksikan ketiga temannya yang tidak waras itu, ia tetap stay cool dengan kedua tangan yang dimasukkan ke saku celananya.

"Dosa apa gue?" Desisnya memandang ngeri sahabat gilanya.

••••

"Gue ke toilet dulu ya, kalian cari meja buat makan," kata Nashwa lalu berlari pergi meninggalkan Nana dan Sarah yang baru saja akan memasuki kantin.

"Kebiasaan," desis keduanya lalu masuk untuk mencari meja makan dan memesan makanan.

Nashwa lari terbirit-birit menuju toilet, setelah masuk iapun langsung menunaikan panggilan alamnya yang sedari tadi minta di keluarkan.

"Huh ... lega ..." ucapnya lalu keluar dari toilet.

Baru saja ia membuka pintu ia sudah melihat penampakan Laura and the gang yang menghalangi jalannya.

Arjunashwa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang