"keadilan itu adalah hak, milik setiap orang mau kaya atau miskin. Dia harus berdiri tegak dimanapun dan kapanpun."
~Nashwa Hanindya~☆☆☆☆
Bel tanda jam istirahat sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu, tapi Nashwa, Nana dan Sarah baru saja ingin pergi ke kantin. Jangan tanya kenapa? Tentu saja karna menunggu Nashwa, gadis itu harus bersemedi menyiapkan mentalnya terlebih dahulu agar tidak kelabakan jika mendapat serangan mendadak dari Arjuna. Bukannya apa? Nashwa sadar jika semalam ia sudah menantang laki-laki itu, jadi sekarang Nashwa sudah harus siap akan resiko dari perbuatan beraninya.
Saat ini mereka tengah berjalan di lorong sekolah menuju kantin, mereka melewati lapangan tentunya. Dan sudah bisa di pastikan disana ada Arjuna dan kawan-kawan yang tengah bermain basket.
"Lo bener-bener udah siap Wa?" Tanya Nana sedikit khawatir dengan Nashwa.
Nashwa menarik dan mengeluarkan nafasnya secara berulang-ulang, seperti sedang menenangkan dirinya.
"Kalo terjadi apa-apa sama gue kalian jangan diem aja ya," ucapnya dengan wajah minta di kasih duit.
"Nggak akan Wa, lo kan sahabat kita," ucap Nana merangkul pundak Nashwa seolah memeberikan semangat kepada gadis itu.
"Iya, liat aja. Kalo sampek lo kenapa-napa ... gue rontokin tu gigi Arjuna!" Kata Sarah lagi membuat Nashwa dan Nana terkekeh kecil mendengarnya, karna apa yang di katakan Sarah bisa di pastikan hanya sebuah ancaman tanpa tanda bahaya.
"Kalian emang the best!" Pungkas Nashwa dengan simpul senyumnya berdiri di hadapan Nana dan Sarah sembari mengacungkan kedua jempolnya kepada sahabatnya tersebut.
Brukkhh
Nashwa terjatuh, ia memegangi kepalanya yang terasa pusing, sebuah bola basket jatuh tepat di kepalanya. Membuatnya hilang keseimbangan dan terduduk di lantai.
"Awh," ringisnya sembari memegangi kepalanya yang terasa cenat-cenut.
"Wa, lo nggak papa?" Tanya Nana dan Sarah kompak, keduanya langsung berjongkok guna membantu Nashwa untuk berdiri.
"SIAPA SIH YANG NGELEMPAR BOLA?!" Tanya Nashwa dengan emosi.
"Gue, kenapa? Sakit?" Suara berat milik Arjuna tiba-tiba saja muncul membuat Nashwa, Sarah dan Nana langsung menoleh kesumber suara. Terlihat Arjuna sudah berdiri di hadapan Nashwa membawa sebuah bola basket yang ia jepitkan diantara pinggang dan tangan kanannya. Di belakang Arjuna sudah ada Bimo, Devan, Johan dan juga Adrian.
Nashwa menatap Arjuna kesal, sangat-sangat kesal, bisa di pastikan ini adalah bentuk dari serangan pertamanya untuk mengusik hidup Nashwa.
Gue bakar lo Jun, gue bakar! Liat aja lo! belum bangkit aja ni amaterasu. Kalo nggak, habis lo tanpa abu. Omelnya dari dalam hati.
"Nggak," bohong Nashwa, beranjak berdiri dengan bantuan kedua sahabatnya. Nashwa menatap Arjuna dengan tatapan tajamnya. Iapun berjalan melewati Arjuna. Eits, eits, maksudnya berjalan melewati Arjuna sembari menginjak kuat kaki laki-laki itu, bukan cuman kuat, tapi menggunakan tenaga dalam hingga membuat Arjuna terpaksa menahan sakitnya.
"Upsss, kayaknya kaki gue lebih sengaja deh dari pada bola lo. Gue nggak minta maaf ya," Ucap Nashwa dengan santainya, ia pun kembali melanjutkan langkahnya tanpa perduli dengan wajah-wajah menganga orang yang ada di sana. Termasuk Sarah dan Nana, bukan cuman mereka. Tapi teman-teman Arjuna juga.
"Sakit Ar?" Tanya Adrian melirik Arjuna yang terlihat menahan sakit di kakinya.
"Gili bidik ini sih! Mintip jiwi! Sinjiti mikin tiwin" Kata Bimo masih menatap punggung Nashwa yang semakin menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arjunashwa (END)
Teen FictionKarna suatu insiden kecil yang pernah terjadi waktu mereka kelas sepuluh, Nashwa begitu menghindari yang namanya Arjuna Dareen Pradipta. Laki-laki tampan, idola seantero sekolah bahkan hingga luar sekolah. Laki-laki yang begitu di segani, banyak yan...