08. Pr

52.8K 4.6K 135
                                    

"Manusia itu naif, dia bilang dia percaya pada sang pencipta. Tapi nyatanya, kata tidak mungkin selalu menjadi pembuka dalam setiap usahanya. Tidak cukupkah allah mengatakan 'kun fayakun', 'jadilah! Maka jadilah sesuatu itu'."

#me

☆☆☆☆

Tampan, penuh kharisma, berwibawa, dan juga banyak pesona. Itulah yang ada di fikiran para wanita yang tengah memandangi Arjuna yang sedang melintas di lorong sekolah untuk sampai ke kelasnya.

"Andai itu pacar gue..."

"Gue jadi adeknya juga nggak papa."

"Calon suamiku..."

"Masdep gue itu!"

Seperti itulah angan-angan para wanita setiap kali melihat Arjuna, Arjuna tau, dan Arjuna dengar. Hanya saja ia tidak perduli.

"ARJUNA... TUNGGUIN," begitulah suara teriakan dari seorang Laura Saraswati Kusuma, wanita yang sedari dulu sangat gencar mengejar-ngejar dirinya secara terang-terangan meski telah mendapatkan penolakan mentah-mentah dari Arjuna.

"Ih Arjuna tunggin..." ucapnya lagi meraih lengan kekar Arjuna dan mengapitkan tangannya disana.

"Lepas!" Sentak Arjuna tak ingin di sentuh oleh Laura.

"Kamu kenapasih, aku kan cuman mau ngegandeng kamu biar kamu nggak di ganggu cewek-cewek." Kilah Laura.

"Gue nggak butuh di gandeng lo!" Kesalnya berjalan dengan cepat mendahului Laura.

Tapi jangan bilang Laura jika menyerah begitu saja, dia sudah cukup kenyang menerima banyak penolakan dari Arjuna. Meskipun begitu, dirinya tidak pernah menyerah untuk terus-terusan mengejar Arjuna.

••••

"GUE BAKAR LO DAM! BUANG NGGAK!" Teriak Nashwa tak tau malu sambil terus berlari menghindari kejaran Adam, teman sekelasnya yang tengah menenteng seekor cicak di tangannya.

"NGGAK BAKAL. GUE MAU BALAS DENDAM AMA LO!" Balas Adam ikut berteriak sambil terus mengejar Nashwa.

Pasalnya ia sangat gedeg dengan Nashwa yang selalu saja mengerjainya jika di kelas dengan menunjuk-nunjuk dirinya sebagai korban dari perintah Bu Gendis, guru Matematika yang setiap mata pelajarannya selalu menyuruh muridnya untuk maju menyelesaikan soal yang ia tuliskan di papan tulis. Dan adam, apalah daya otak biji kelengkeng Adam yang tidak pernah paham dengan sola hitung-hitungan.

"DAM! SUMPAH, GUE BOCORIN BAN MOTOR LO, SAMPEK TU CICAK NYENTUH GUE!" Peringat Nashwa masih terus berlari tanpa perduli dengan tatapan aneh dari murid lain yang melihat aksi kejar-kejarannya dengan Adam. Intinya adalah jangan sampai hewan yang menempel di dinding itu menyentuhnya, bukannya takut, Nashwa hanya geli dengan bentuk dan warnanya, apalagi dengan buntutnya yang bisa putus lalu tumbuh kembali... hiii membayangkannya saja membuat Nashwa bergidik ngeri, apalagi melihat langsung.

"BODO! GUE MAU LIAT LO NANGIS KEJER, SAMPEK GULING-GULING DI LANTAI!"

Kampret!!! Biadab!!! Gue santet lo Dam!! Maki Nashwa dari dalam hati.

"MINGGIR-MINGGIR!" Pekik Nashwa menerobos orang-orang yang tengah berjalan santai di koridor. Diantara orang-orang yang tengah berjalan itu ada Laura dan juga Arjuna, Nashwa tidak perduli. Intinya dia harus selamat dari kejaran Adam. Tanpa tau aturan, Nashwa berlari dengan sengaja menubruk bahu Arjuna hingga membuat Arjuna terhuyung kesamping begitupun Laura yang baru ingin berusaha meraih lengan Arjuna.

"WOY!! PUNYA MATA NGGAK LO!!" Kesal Arjuna memekiki Nashwa yang sudah mulai jauh darinya. Pagi ini ia begitu kesal, dimulai dari Papanya, ibu tirinya, lalu Laura yang mengganggunya dan di tambah lagi Nashwa.

Arjunashwa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang