48. Renggang & Pendonor

32.8K 2.8K 20
                                    

Yang jauh itu waktu,
Yang dekat itu mati,
Yang besar itu nafsu,
Yang berat itu amanah,
Yang mudah itu berbuat dosa,
Yang panjang itu amal sholeh,
Yang indah itu saling memaafkan.
-Imam Al-ghazali-

°•●•°

Keesokan paginya, setelah terjadinya kesalah pahaman antara Arjuna dan dirinya, Nashwa memutuskan akan menjelaskan apa yang terjadi pagi ini juga kepada Arjuna.

"Terus, lo bakal nemuin dia di mana?" Tanya Sarah sambil memandang Nashwa yang kini tengah memasukkan ponselnya ke dalam tote bag yang ia pakai.

"Nggak tau, paling entar gue cari di apartemennya, di rumahnya, di mana ajalah." Jawab Nashwa sekenanya. Pasalnya, setelah panggilan telpon semalam, sampai sekarng ponsel Arjuna tidak bisa di hubungi sama sekali, Nashwa mengirim pesan pun tak ada tanda centang dua.

"Masing nggak aktif hp nya? Tanya Nana yang di balas gelengan kepala oleh Nashwa.

"Gue titip Bang Panji, ya." Ucap Nashwa sambil mengusap pelan rambut tebal Panji yang masih terbaring lemah di brankar.

"Pasti kita jagain kok," ucap Sarah sambil berjalan menghampiri Nashwa yang terlihat begitu lelah dan rapuh.

"Kalo ada apa-apa, kabarin ya," pinta Nashwa dengan tatapan mata lelahnya. Sarah mengangguk.

"Kita pasti bakal dapet pendonornya," ucap Sarah sambil mengelus pundak Nashwa yang kini masih menatapi Panji dengan begitu intens.

"Sampai sore nanti. Kalo sore nanti masih nggak dapet apa-apa, gue sendiri yang bakal donorin ginjal gue buat Abang." Ucap Nashwa yakin.

"Kita pasti bakal dapet pendonornya, lo nggak perlu ngorbanin diri lo," ucap Nana yang kini ikut menghampiri Nashwa dan Sarah.

"Lebih baik gue berkorban daripada gue harus kehilangan Abang," bantah Nashwa memandang lekat manik mata Nana.

"Bang panji pasti sembuh, dia bakal baik-baik aja, dia nggak akan ninggalin kita," ucap Sarah mencoba menguatkan Nashwa meski ia pun sebenarnya sangat terpukul saat ini mengetahui keadaan Panji yang semakin memburuk. Sarah memeluk Nashwa dengan begitu erat.

Nashwa membalas dekapan Sarah tak kalah erat, di temani air matanya yang kini ikut menetes.

"Jangan bohong, ya." Pinta Nashwa dengan suara lirihnya, Sarah yang mendengar kalimat itupun juga ikut menangis. Sementara Nana langsung ikut bergabung memeluk Nashwa.

••••

Nashwa sudah mendatangi apartemen dan basecamp Arjuna, tapi tetap saja laki-laki itu tak ada. Sekarang, ia sudah berdiri di depan gerbang besar kediaman Pradipta. Tempat inilah yang paling ia harapkan Arjuna ada. Setelah memandang cukup lama rumah tersebut, Nashwa mengambil nafas dan membuangnya secara perlahan. Dengan langkah pasti, ia mulai berjalan maju, mendekati gerbang dan mengetuk gemboknya.

Setelah tiga kali ketukan, satpam rumah Arjuna datang dengan terpogoh-pogoh.

"Ada apa ya, mbak?" Tanya satpam tersebut sopan.

"Saya nyari Arjuna, ada nggak Pak?" Tanya Nashwa tak kalah sopan.

"Oooh, Den Arjuna. Ada mbak, itu lagi nyuci motor," jawab satpam tersebut yang langsung membuat senyum Nashwa mengembang.

"Boleh saya ketemu, Pak?" Tanya Nashwa harap-harap cemas.

"Emm, Neng ini siapanya Den Arjuna dulu?" Satpam tersebut bertanya balik.

"Saya pacarnya," jawab Nashwa membuat Pak satpam tadi langsung terkejut.

"Oohh, pacarnya toh. Saya baru tau kalau Den Arjuna punya pacar. Mari atuh, masuk," satpam tersebut membukakan Nashwa gerbang.

Arjunashwa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang