57. Ada Yang Salah

128 26 13
                                    

Ini tidak benar!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini tidak benar!

Secepat kilat juga Zesya mendorong dada bidang Kevin mundur, hingga pautan mereka berdua terlepas. Air mata Zesya sudah sedari tadi berlinang deras. Ciuman pertama yang selalu Zesya jaga telah Kevin terbut paksa malam itu.

"Mundur! MUNDUR GUE BILANG BRENGSEK!" Zesya melemparkan gelas kaca yang ia ambil dari meja pantry ke arah Kevin. Tidak mengenai pria itu tetapi berhasil membuat Kevin tidak ingin mengambil resiko.

Tubuh Zesya meluruh, ia merasa menjadi manusia penuh dosa hanya karena ciuman. Menangis meraung karena tidak terima.

"Zesya, ini salah aku, jangan nangis."

Tanpa mau mendengar apa yang Kevin lontarkan, Zesya bangkit berjalan cepat ke arah jendela balkon yang terbuka lebar. Kemudian berbalik menatap Kevin dengan air mata yang masih berlinang.

"Lepasin gue sekarang, atau gue loncat!" Kevin menggeleng cepat, buru-buru ia mengeluarkan kunci apartemen dari saku celana jeans-nya.

"Jangan macam-macam, Sya. Ini ambil. Turun dari sana." Tanpa berpikir panjang Zesya berlari mengambil kunci, lalu keluar dari sana tanpa menoleh lagi.

Semuanya berjalan sesuai rencananya, apalagi saat ia mengaktifkan ponselnya menemukan titik lokasi Zesya sekarang berada. Masih tidak jauh darinya. Hanya berjarak beberapa meter saja. Kemudian titik merah itu berhenti, menandakan Zesya tidak berjalan lagi.

Ya, tepat sekali, Kevin menaruh alat pelacak kecil belakang leher gadis itu. Zesya tidak akan menyadarinya. Kevin bertaruh soal Ini. Dengan begini ia merasa tenang, setidaknya ia tahu kemana dan kapan Zesya pergi. Setidaknya hanya itu yang bisa Kevin lakukan untuk melindungi Zesya dari sepupu jahatnya.


######


Chanyeol memainkan ponselnya setelah keluar dari lift, mengirimkan pesan pada Suho yang katanya ada di dalam apartemen tetapi tidak melihat sedikitpun Zesya disana. Padahal seingat Chanyeol tadi, Zesya akan langsung ke apartemen.

Tiba-tiba seseorang menabrak tubuhnya hingga ponsel yang ia genggam tadi kini terbanting di lantai marmer lorong Apartemen.

Yang lebih mengejutkan lagi saat orang yang menabraknya itu menangis keras sambil menunduk. Saat sadar bahwa yang menabraknya adalah Zesya, Chanyeol menarik tangan yang menutupi wajah gadis itu.

"Hey ... Hey ... Zesya! Ada apa? Mengapa kau menangis?" Seketika Chanyeol menjadi panik saatsuara tangisan Zesya semakin keras. Tanpa menunggu waktu Chanyeol menarik Zesya ke dalam pelukannya.

Chanyeol menepuk punggung bergetar Zesya pelan. Meletakkan kepala Zesya di dada bidangnya. "Kau terlihat semakin jelek jika menangis."

Zesya memukul dada Chanyeol sebagai pelampiasannya. Dadanya sesak saat mengingat kejadian tadi. Mengapa Kevin begitu brengsek?! Ingin sekali Zesya membunuh mantan pacarnya itu.

Jika tahu berpacaran akan semenyakitkan ini tidak akan Sudi Zesya mencobanya. Yang membuatnya terjebak dalam lingkaran hitam di dalam hidupnya. Hanya karena berpacaran membuat semua impian yang Zesya buat hancur.

"Menangis lah, tapi setelah ini aku tidak ingin kau menangis lagi," ujar Chanyeol mengeratkan pelukannya pada Zesya. Membiarkan kaos hitamnya basah karena air mata Zesya yang terus mengalir tanpa henti.

"Hiks ... Hiks ... Chanyeol-a aku sudah begitu banyak melakukan kesalahan. Apa yang harus aku lakukan?" tanya Zesya menyerah. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Chanyeol. Membuat kenyamanan yang begitu ia cari saat ini.

"Minta petunjuk pada Tuhan mu. Apa kau mau aku mengantarkan mu ke rumah Tuhanmu?"

Zesya mengangkat kepalanya, menatap wajah teduh Chanyeol dari bawah sini. Ia saja sering kali menyalahkan takdir dan Tuhan atas kekacauan yang terjadi di hidupnya. Tetapi, Chanyeol dengan baiknya mengingatkan dirinya.

Perasaan berdebar Zesya saat kembali memeluk Chanyeol membuat gadis itu memejamkan matanya. Ia takut esok hari tidak bisa merasakan pelukan hangat milik Chanyeol lagi. Ia begitu takut akan semua hal.

"Jika kau sedih, mengadu pada Tuhan mu. Tidak ada tempat terbaik untuk menceritakan keluh kesahmu kecuali pada Tuhanmu. Aku tidak mengerti ini. Tapi aku mengerti satu hal, bahwa kau gadis yang sangat kuat. Hingga aku takut mencintaimu, Zesya."

Di dalam pelukan Chanyeol tubuh Zesya menegang. Kalimat terakhir Chanyeol membuat darahnya berdesir hebat. Membuat wajahnya memanas karena perkataan biasa yang berefek luar biasa di hatinya.

"Jantung mu berdebar Chanyeol." Dengan polosnya Zesya mengatakan hal itu, ia semakin menempelkan telinganya di dada Chanyeol. Merasakan debaran Chanyeol yang sama dengan debaran yang ia rasakan.

"Zesya!"

"Ya?"

"Bolehkah aku mencintaimu? Bisakah agamamu menerima kehadiran ku?"

Keduanya saling terdiam di dalam keadaan hening. Saling menatap dengan pandangan yang sulit diartikan. Pertanyaan Chanyeol membuat Zesya tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.


#####


Tao dan Clara menatap sekeliling mereka yang terasa asing. Sebelum ponsel Luhan mati tadi, pria itu sempat menghubungi Tao agar mengeluarkannya dari dalam gudang. Tetapi saat Tao sampai di tempat yang dikatakan Luhan. Mereka jadi kebingungan sendiri karena begitu banyak tempat disini. Tidak mungkin ia dan Clara si gadis bar-bar ini mendatangi satu persatu tempat-tempat yang ada.

"Kau ini bodoh sekali," desis Clara memegang keningnya yang terasa berat. Berjalan bersama Tao membuat darah tingginya menjadi naik.

Tao mendelik kesal, "Kenapa kau menjadi menyalahkanku? Dasar gadis aneh."

"Apa kau bilang gadis aneh? Kau ingin aku pukul lagi?! Pikirkan saja, coba kau bertanya tadi dimana titik yang lebih akurat, sudah aku pastikan kita bisa menyelesaikan ini dengan mudah." Semprot Clara menggebu-gebu. Tao memutar bola matanya jengah. Sepertinya Clara dan Tao tidak akan lelah jika disuruh 24 jam berantem tanpa henti.

"Kenapa tidak kau saja yang bertanya?" Tanya Tao kesal. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh jalanan malam kota California ini.

"Apa kau tadi memberikan ponselnya padaku? Tidak sama sekali. Dasar gila." Baru saja Clara akan melangkah tetapi tangannya sudah ditarik oleh Tao hingga menabrak Pria itu begitu kencang. Sedetik kemudian bus besar baru saja melintasi belakang Clara.

Membuat Clara yang baru saja akan memarahi Tao harus menelan bulat-bulat ceramah rohaninya untuk Tao.

"Apa? Mau marahin aku lagi?"tanya Tao nyolot. Masih dengan posisi mendekap Clara mereka berdiri berhadapan.

"Hehehe, makasih Tao. Kau memang yang terbaik."

Wajah Tao berubah menjadi merah padam. Buru-buru ia melepaskan Clara hingga membuat gadis cantik itu terjatuh di tanah. Baru saja Clara akan berteriak marah, seseorang sudah lebih dahulu datang menyapa mereka begitu elegan.

"Oh, hai Tao. Lama tidak berjumpa!" Gadis dengan pakaian elegan berdiri di hadapan Tao sambil tersenyum manis.

_______________________________________




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm Not PaparazziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang