"Dalam meraih kesuksesan kemauan anda untuk sukses harus lebih besar dari ketakutan anda untuk gagal."Kim-Hyana menolehkan kepalanya ke arah pintu yang terbuka perlahan. Tangannya yang sejak tadi bergerak untuk memberi warna pada gambarnya terhenti juga.
"Siang, eh salah malam Kim-Hyana!"sapa Zesya berusaha mengakrabkan diri. Jika tidak ia yakin tidak akan bisa melewati malam panjang ini dengan tenang.
Kim-Hyana hanya mengangguk, lalu melanjutkan aktivitasnya yang sedang melukis di depan jendela yang terbuka. Di atas kursi roda, gadis itu masih saja terlihat tenang.
"Apa kau membutuhkan sesuatu? Aku bisa mengambilkannya,"ujar Zesya semangat. Padahal ia baru saja masuk satu langkah ke dalam kamar, belum melepas apapun yang melekat pada tubuhnya.
"Tidak perlu, aku mohon bersikaplah biasa. Lebih baik kau ganti baju, kau begitu terlihat lelah. Jangan hanya karena merasa bersalah, kau membuatku tidak enak hati. Siapapun yang melihatmu kemarin sudah pasti akan menolongmu, aku melakukan apa yang memang diajarkan!" Kim-Hyana tetap fokus pada lukisannya yang begitu indah. Zesya iri dan ia akui itu. Dalam diamnya Zesya, gadis itu iri dengan orang disekelilingnya yang selalu berkemampuan luar biasa.
Zesya mendekati Kim-Hyana dengan perlahan. "Tetap saja ... Aku berhutang nyawa padamu. Aku akan memenuhi janjiku untuk membuatmu kembali ke Korea. Hanya itu yang menjadi balasanku."
"You have to, you have to send me back to Korea. Too long here can make me jealous of you. " Zesya tidak mengerti dengan ucapan Kim-Hyana. Iri? Pada dirinya? Bagaimana bisa? Apa yang ia miliki bisa membuat gadis itu iri padanya. Hahaha. Zesya tidak ingin besar kepala.
"Aku akan ganti baju dulu,"ujar Zesya membuat Kim-Hyana mengerutkan keningnya. "Kau tidak mandi?"tanyanya.
Zesya menyengir tidak bersalah. "Dingin, aku juga ingin menghemat air." Kim-Hyana memutar bola matanya malas. Jelas saja, Zesya sedang berusaha beralibi.
"Bilang saja malas, tidak perlu berputar kesana kemari. Dasar jorok! Bagaimana bisa mereka betah tinggal denganmu,"cibir Kim-Hyana membuat Zesya terdiam beberapa saat.
Baru saja Zesya akan melepaskan tas yang ia gendong di punggung, tarikan pada rambutnya membuat ia memekik sakit.
Kim-Hyana menatap Zesya kaget, ingin rasanya ia tertawa karena rambut Zesya yang terikat pada tali tas miliknya. Dengan dukungan wajah bodoh semakin membuat ia terlihat idiot.
"Kau tidak memiliki kerjaan lain selain mengikat rambutmu di tas?"tanya Kim-Hyana berusaha menetralkan wajahnya menjadi datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Paparazzi
FanfictionAmazing cover by @cumicumi_kokobop Seringnya dikucilkan dan dibandingkan membuat Zesya merasa dirinya makhluk paling menjijikan di dunia ini. Dulu ia berpikir pacaran bagi masa depannya tak akan menjadi masalah, tetapi semua itu enyah seketika saat...