19. The Grove.

196 50 37
                                    

"Untuk apa kau kembali, jika hanya untuk menabur luka."

^^^^^^^

Zesya segera mengembalikan kaos milik Kai ke tempat asalnya, yaitu tepat berada di sekitaran pria yang tengah tertidur itu. Ia menampakkan cengiran yang begitu khas.

"Aku tidak tahu!" bela Zesya semakin mempererat lilitan handuk pada tubuhnya. Chanyeol tertawa lagi, setelah hampir sama memukul Zesya sebagai kebiasaan saat ia tertawa.

"Tidak apa-apa, Gucci milik Kai banyak, dia tidak akan kehabisan produksi," ujar Chen berserta dengan sisa kekehan manisnya.

Baekhyun menepuk meja dengan keras, si tukang cari perhatian yang sialnya begitu jenius itu kembali menarik atensi yang lain untuk menatapnya.

"Oke, sudah di putuskan jika Zesya yang akan pergi ke pusat perbelanjaan, sekarang kita pilih dua calon lagi," putus Baekhyun dengan semangat. Pria dengan rambut berponi itu menatap Zesya dengan senyum jahilnya.

"Jika aku tidak menumpang disini, sudah dipastikan aku akan menendangmu begitu jauh," cecar Zesya membalas tatapan Baekhyun yang terus saja menggodanya bersama dengan Chanyeol.

Lay dan Suho serentak menatap kembali Baekhyun agar tidak melanjutkan perdebatan.

"Baiklah, sebagai Uri Leader, kami persilahkan untuk memilih calon berikutnya," tukas Xiumin memberikan Suho kotak yang tadi berada di tengah-tengah mereka.

"Aku yang ambil, tapi Lay yang buka."

Seperti biasa. Tidak ada yang memisahkan dua orang itu, selalu menempel sana-sini bagaikan orang kembar. Beberapa saat kemudian satu gulungan kertas, sudah berada yang tadi berada pada Suho kini berpindah tangan pada Lay.

"Semoga bukan aku. Jika namaku yang terpilih, aku akan menyalahkanmu, Hyung." Suho tertawa saat Lay mengancamnya.

Mata Lay di detik kemudian berbinar terang, ia melebarkan senyum yang awalnya berupa senyum ketakutan itu.

"Park Chan-Yeol. Kau beruntung bisa berjalan-jalan sore ini," goda Lay menaik turunkan alisnya, seraya menatap Chanyeol yang menaik turunkan alisnya geli.

"Jika beruntung, kenapa tidak kau saja yang pergi?" tanya Chanyeol kesal. Ia sedang tidak ingin kemana-mana, di tambah begitu banyak konflik yang mungkin bisa saja terjadi di luar sana.

Lay menyusul berbaring di samping Kai yang tertidur pulas. "Kerjaanku beberapa hari ini hanya makan, kemudian tidur lagi, kemudian terus berulang. Aku akan menunggu bosan, baru keluar. Jadi, kau sebagai adik yang baik, laksanakan tugas yang diberikan dengan baik."

"Aku merasa jantungku begitu berdebar," curhat D.o menyentuh dadanya yang terasa sesak. Zesya menoleh seraya menusuk bahu pria berkaca mata itu dengan pelan.

"Kenapa kau berdebar?" Pertanyaan Zesya membuat yang lain memfokuskan pandangannya pada D.o yang kini terdiam.

"Aku sudah tidak lama keluar. Wajahku sudah pasti tidak enak di lihat lagi," tukas D.o membuat yang lain seketika terkekeh gemas. Memang sejak kapan pria itu memikirkan penampilan seperti Chanyeol.

"Oke! Kembali ke topik, nanti itu akan dibahas lagi mengapa kau berubah menjadi jelek. Jadi siapa lagi yang akan mengundi," celetuk Baekhyun, menyelamatkan D.o serta mungkin mengatai pria itu dengan tepatnya yaitu 'jelek'.

I'm Not PaparazziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang