27. Lee Seung Hwan.

165 53 12
                                    


"Dia beruntung. Lalu aku kapan?"

^^^^^^

Zesya berusaha sekeras mungkin untuk tetap tenang di situasi seperti ini. Sekarang, rumah sakit sudah seperti pemasok oksigen terkecil menurut Zesya. Di tempat itu ia susah bernafas, rasanya begitu sesak saat ia akan meraup begitu banyak oksigen.

Beberapa saat lalu, beberapa dokter kembali masuk ke dalam ruangan operasi dengan tergesa, tidak membiarkan Suho dan Zesya menemukan sedikit titik terang.

"Zesya... Kau akan sakit, jika seperti ini terus." Suho membuyarkan lamunannya Zesya. Jika tidak seperti itu, gadis Asia ini akan terus diam seribu bahasa dengan menatap ruang operasi.

Zesya mendesah panjang, ia lelah. Perjuangannya baru saja akan dimulai, tetapi rasanya Zesya sudah ingin menyerah. Seminggu lebih berada di Los Angles saja, ia sudah membuat kekacauan besar.

"Aku lelah! Rasanya ingin berhenti saja," gumam Zesya menatap tepat di kedua manik mata Suho. Memberi sedikit getaran pada Suho agar membuat gadis itu kembali semangat.

Sebelum itu, tangan Suho lebih dahulu terulur merapikan poni Zesya yang berantakan. "Hidup adalah sebuah perjuangan, bagaimana bisa kau secepat itu berhenti. Ingat ini! Jika kau lelah, beristirahatlah, tapi jangan menyerah. Ingat kembali tujuan awalmu."

Zesya sering mendengar pepatah yang Suho katakan, pepatah sederhana namun penuh akan sarat makna, mudah diucapkan namun sukar dilakukan.

"Aku mengerti apa yang kamu pikirkan. Coba deh kamu bayangin, semisal kamu berhenti dan jalan akhir ceritanya berbeda, kamu pasti akan berpikir 'Ah! Kenapa aku tidak melakukannya dulu seperti ini.' Bukankah itu jauh lebih mengecewakan? Setidaknya, jika kamu melakukannya sekarang, jika kau gagal di masa depan. Kau sudah menjadi salah satu manusiah hebat!"

Suho menjeda sebentar, seraya menyodorkan Zesya sepotong pizza, pria itu pintar membuat Zesya teralih dalam kalimatnya. Terbukti dengan Zesya yang tanpa sadar menerima makanan yang Suho sodorkan dan mulai memakannya, padahal gadis itu menolaknya dengan keras sejak tadi.

"Mereka yang dalam perjuangannya mengalami kegagalan, yang mampu menahan emosi, yang mampu menerima kekalahan, dan yang tetap tabah dan bersyukur dalam cobaannya, juga pantas disebut orang yang hebat. Bahkan banyak yang sepakat, mereka inilah yang bisa dikatakan orang yang paling hebat." Jika saja mulut Zesya tidak penuh dengan pizza yang Suho berikan. Sudah pasti ia akan merespon heboh, jika Suho di Indonesia, sudah pasti ia akan menjadi Fiersa Besari dua.

"Apa kau mengerti?!" Tanya Suho setelah itu memberikan Zesya sebotol air minum yang sudah ia buka penutupnya.

"Untuk saat ini mungkin pencerahanmu barusan hanya masuk telinga kanan kemudian keluar telinga kiri!" Ujar Zesya membuat Suho gemas sendiri. "Tapi, tenang saja, aku akan memgerti nanti! Jika bukan hari ini, hari esok masih ada."

Suho hanya menggeleng gemas dengan perkataan Zesya. Gadis itu memang benar-benar berbeda, baru saja beberapa saat lalu, melamun bahkan hampir menangis serta putus asa. Tetapi sekarang, lihatlah! Ia sudah kembali memasang jokes terbaiknya.

Keduanya terdiam sebentar, sebelum akhirnya Suho menegakkan tubuhnya. Membuat Zesya menatapnya dengan alis terangkat. Sebenarnya perasaan Zesya terbuat dari apa? Mengapa ia begitu santai dengan ketampanan Suho? Atau member yang lainnya?

I'm Not PaparazziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang