"Kehadiran mereka tidak sia-sia, entah yang bertahan sampai akhir atau hanya mampir, kehadirannya pasti bermakna."100. Zesya Kanaya.
Nafas Zesya seketika seolah tersekat dengan sebuah bongkahan batu tidak kasat mata. Ia merasakan perasaan antara senang dan penasaran. Kepalanya kembali ia angkat untuk melihat nama paling terakhir, karena nama terakhir itulah yang tadi dibicarakan di ruangan juri oleh dua orang yang tidak ia ketahui siapa.
"Enggak! Ini enggak mungkin, mengapa dirimu berada di urutan paling akhir?" Suara keributan itu berhasil membuat Zesya tersadar, kemudian dengan cepat mencari asal suara itu. Ternyata gadis yang memergokinya di dekat ruang juri itu menjadi peserta dengan nama paling terakhir.
Apa mungkin ini berhubungan dengan Kimberly? Zesya menelan salivanya susah payah, seperti benang kusut yang tak kunjung ditemukan jawabnnya, Zesya semakin kebingungan dengan semua ini. Untuk apa Kimberly melakukan itu pada temannya sendiri?
Zesya menggeleng kepalanya pelan, berusaha mengusir pemikiran buruk itu dari kepalanya.
"Sialan, kalian tahu bagaimana kemampuanku. Sedangkan, gadis itu yang bahkan tidak berasal dari academy manapun berada di atas ku. Mengapa ini bisa terjadi?!" Emosi gadis bernama Anna itu sepertinya benar-benar tidak terkendali. Ia masih tidak terima namanya berada di urutan paling akhir.
Vlecia menatap sinis Anna. "Mengapa kau mencari kesalahan orang lain untuk kekalahanmu. Tidak berguna."
"Lupakan saja, An. Kita akan memberinya pelajaran tak terlupakan," sela Kimberly tersenyum penuh makna. Semua itu tidak lepas dari pandangan Zesya yang diam membisu.
"Sial! Bawa aku pergi." Setelah itu kedua orang itu melenggang pergi dari hadapan Zesya dan Vlecia.
Sayup-sayup Zesya mendengar percakapan keduanya yang masih begitu mudah terdengar oleh telinga walaupun suasana sedang ricuh.
"Kau darimana saja, Kimberly?"
"Aku dari ruang juri, kau tahu bukan aku memiliki begitu banyak tugas. Salah satunya memastikan bahwa semuanya berada di posisi masing-masing."
Lidah Zesya semakin keluh untuk digerakkan, ia tertekan dengan semua kenyataan yang belum pasti ini. Ia kira itu tadi adalah Vlecia, tetapi mengapa semua mengarah pada Kimberly?
"Apa yang kau pikirkan, Zesya?" Vlecia menyadarkan gadis berkepanh kuda itu dengan sedikit guncangan di bahunya. "Kau terlihat begitu banyak memikirkan sesuatu."
"Terjadi kecurangan akumulasi suara disini, Vlecia. Aku tidak bisa diam saja." Keduanya melangkah keluar aula dengan sedikit desak-desakan. Beberapa kali Zesya merasa risih saat orang-orang memusatkan perhatian padanya.
"Lalu kau ingin apa? Jujur saja, aku tidak sependapat denganmu. Logisnya Zesya, kau hanya sedang berhalusinasi. Mungkin kau kelelahan. Kau tahu, ini adalah audisi bergengsi. Sulit untuk membuat kecurangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Paparazzi
FanfictionAmazing cover by @cumicumi_kokobop Seringnya dikucilkan dan dibandingkan membuat Zesya merasa dirinya makhluk paling menjijikan di dunia ini. Dulu ia berpikir pacaran bagi masa depannya tak akan menjadi masalah, tetapi semua itu enyah seketika saat...