"Sejauh apapun tali mengikat, jika waktunya putus, maka tidak akan yang bisa merubahnya lagi."Akhir-akhir ini entah mengapa rasanya Zesya sulit tidur, ia akan terbangun tengah malam, kemudian tidak bisa kembali tertidur setelahnya. Terbukti saat ini, ia tidak tidur sejak latihan bersama Kai semalam. Rasanya tidak ada dalam benak Zesya bisa menari, tapi Kai terus mendorongnya maju. Pria itu seperti sudah terlatih sekali.
Ia mencepol rambutnya beberapa saat lalu, karena niatnya pagi ini akan memasak hal sederhana, ia hanya bisa masak nasi, menggoreng telor, dan menggoreng ayam. Bagaimana ia bisa panda memasak, jika dirinya sejak kecil hanya berkutat dengan boneka UFO-nya.
Zesya menatap ayam yang sedari tadi tidak kunjung bisa ia potong dengan benar. Mengapa dirinya begitu banyak kelemahan? Rasanya Zesya ingin melempar pisau dagunya itu ke kepala seseorang.
"Potong ayam itu harusnya tengahnya dulu, di sebelah ini!" Tubuh Zesya meremang saat seorang pria yang lebih tinggi darinya berdiri di belakangnya. Begitu dekat, hingga Zesya bisa merasakan aroma mint yang menguat dari tubuh pria itu.
Namun, Zesya harus bersikap biasa saja. Jatuh hati kedua kalinya adalah kesalahan terfatal di umurnya yang akan menginjak 23 tahun. Zesya tidak ingin merasakan patah hati lagi.
Sudah cukup!
"Kau harusnya memotong dari bagian ini." Tangan D.o yang bersentuhan dengan punggung tangannya yang tertutupi kaos tangan itu membuat tubuhnya semakin panas dingin.
"Aku bisa sendiri. Berhentilah bersikap perduli," ujar Zesya tetap tidak menatap D.o yang berada di belakangnya. Zesya bukan gadis pendedam, hanya saja, ia tidak ingin jatuh terlalu dalam.
"Apa kau marah?" Pertanyaan bodoh macam apa yang D.o lemparkan pada Zesya? Mengapa ia masih bertanya. Jelas saja. Satu jam menunggu itu bukan waktu yang lama.
"Aku ingin memasak dengan cepat, hari ini latihan pertamaku untuk pelaksanaan satu bulan lagi." Tetap saja D.o tidak mau menjauhkan tangannya. Ia perlahan menggerakkan tangan Zesya memotong ayam itu.
"Maafkan aku. Aku sungguh minta maaf, aku tidak tahu cara memainkan ponsel. Aku tidak tahu cara menghubungimu."
Zesya tahu itu.
Namun, tetap saja Zesya kecewa. Tapi, akhirnya Zesya menyerah. Ia mengangguk santai, membiarkan tangannya di kendalikan oleh D.o yang kini sibuk menjelaskan secara detail setiap potongan itu.
"Bagaimana kau mengetahui semua ini?" tanya Zesya terpukau, potongannya begitu rapih, bahkan sangat cepat. Zesya mengangmat kepalanya menatap D.o yang tepat berada di atasnya.
"Dulu aku pernah ke Jepang, aku suka sekali memasak. Setiap aku mengunjungi restoran, aku akan ke dapur untuk melihat cara pembuatannya. Itu begitu menyenangkan, karena aku melakukan apapun yang aku suka saat memasak. Tanpa harus tertekan dan merasa takut," jelas D.o tetap pada posisinya. Posisi kedua manusia itu bisa saja mebuat orang salah paham, tapi tentu saja Zesya yang polos dan D.o yang tidak perdi sekitar membiarkanya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Paparazzi
FanficAmazing cover by @cumicumi_kokobop Seringnya dikucilkan dan dibandingkan membuat Zesya merasa dirinya makhluk paling menjijikan di dunia ini. Dulu ia berpikir pacaran bagi masa depannya tak akan menjadi masalah, tetapi semua itu enyah seketika saat...