38. Cerita di Bandara.

147 31 184
                                    


"Hanya doa yang bisa kita lakukan."

^^^^^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

^^^^^^

"Kalian sebenarnya ada masalah hidup apa? Dari tadi aku di tinggalin terus,"rajuk Tao dengan nafas terengah-engah. Luhan dan Clara yang sedang berada di bagian informasi menatap Tao tajam.

"Kau berhasil membuat semua orang menatap kita!"tukas Luhan dengan senyum yang dipaksakan. Clara memgangguk setuju, membuat Tao mendelik kesal pada gadis itu.

"Lihat saja nanti aku akan menguncikanmu di kamar mandi, karena sudah mencuci otak Luhan Hyung." Perkataan Tao barusan hanya  dibalas dengusan oleh Luhan.

Namun, Clara sepertinya tidak terima. "Apa kau bilang?! Aku mencuci otaknya. Otaknya Gege Luhan memang sudah bersih sejak lama, tidak seperti kau. Berdebu dan penuh tumpukan sampah."

Ck! Ck! Ck! Luhan menjambak rambutnya frustasi, mengapa ia di sekelilingi oleh orang dengan otak berfrekuensi kecil.

"Argh ... Lepas sialan!" Pekik Clara saat ujung rambut ikalnya ditarik oleh Tao. Tetapi dengn cepat Luhan memisahkan keduanya saat Clara juga balik mencakar wajah Tao. Berteman lama dengan Zesya, membuat Clara terkena virus Zesya yang tukang pukul jika kesal. Tapi bedanya Clara lebih suka menjambak atau mencakar. Tidak seperti Zesya yang memang dari kecil sudah dibekali oleh bela diri dasar.

"Mengapa kalian berdua bertengkar? Clara, kau ingin mencari sahabatmu, bukan?! Seharusnya kau tidak meladeni Tao. Dan, kau Tao, tidak seharusnya kau kasar pada wanita!"omel Luhan setelah keduanya berdiri dengan jarak berjauhan. Tetapi sepertinya ocehan Luhan dianggap angin lalu oleh Tao dan Clara. Karena, keduanya sibuk menjulurkan lidah mengejek satu sama lain.

"Dasar pendek!"ejek Tao seraya mengelus pipinya yang terdapat bekas cakaran.

"Aku tidak pendek. Dasar hitam!"balas Clara yang sedang memperbaiki tatanan rambutnya.

"Sungguh! Aku akan meninggalkan kalian berdua jika tidak berhenti saling mengejek." Sontak saja seperti anak ayam yang dimarahi oleh induknya, Tao dan Clara bungkam seketika.

Luhan berjalan lebih dahulu mengikuti bagian kepala informasi yang akan memberi mereka beberapa point. Saat Tao akan menyusul Luhan, dengan sengaja Clara mendorong tubuh Pria itu hingga hampir terjatuh.

"Aku akan mencakarmu jika melapor nanti!"ancam Clara saat Tao akan berteriak memanggil Luhan. Setelah itu, secepat kilat Clara menyusul Luhan.

Mr. Endrick menatap ketiga orang di depannya dengan serius. "Begini, beberapa hari yang lalu ada dua kali pelaporan tentang kehilangan barang."

Clara tersenyum senang, secercah harapan terlihat di depan matanya. Ia benar-benar mengkhawatirkan Zesya selama ini. Tawa bodohnya hanya sebagai topeng bahwa ia baik-baik saja.

"on whose behalf, sir?"tanya Clara tidak sabaran. Pria bagian kepala informasi itu meringis perihatin.

"Maafkan saya nona. Dari kedua belah pihak meminta pada kami, untuk tidak membocorkan ini pada siapapun." Bahu Clara seketika melemas. Tapi gadis itu adalah tipe pantang menyerah.

I'm Not PaparazziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang