34. Support Vlecia.

156 34 98
                                    


"Tuhan ciptakan hambanya dengan kelebihan dan kekurangan."

©©©©©

Mata Zesya yang bulat itu menatap hamparan langit sore dengan kerutan di dahinya. Begitu banyak keraguan yang tersimpan baik di dalam hatinya. Serta ketakutan yang menghantui, tanpa Zesya sadari kedua tangan di sisi tubuhnya terkepal kuat.

Lidahnya keluh untuk berteriak. Pembicaraannya dengan Baekhyun telah berakhir sejak lima belas menit yang lalu. Tapi, tidak sedikitpun ada pergerakan di dalam diri Zesya.

"Langitnya bagus yah?"

Seketika Zesya tersentak, ia menatap gadis berwajah Eropa itu dengan seksama. "Jika kau lupa namaku, aku akan perkenalan diri lagi."

"Tidak perlu! Vlecia, namamu Vlecia. Aku mengingatnya dengan baik,"ujar Zesya menyela Vlecia yang akan kembali memperkenalkan diri.

Vlecia tersemyum lebar. Rambutnya yang terurai semakin menambah kesan cantik dalam dirinya.

"Kau mengikuti audisi yang sama denganku besok, bukan? Aku pikir kau tidak akan pernah mengikutinya." Tanpa menatap Zesya, Vlecia menatap langit yang sama dengan gadis di sampingnya.

"Bagaimana kau mengetahuinya?"

"Mudah saja. Aku tadi iseng mencari daftar nama orang-orang yang mengikuti audisi besok di website. Lalu, namamu ada di urutan paling akhir." Wajar saja. Zesya mendaftarkan dirinya tepat lima menit sebelum pendaftaran di tutup.

"Iya ... Aku akan mengikutinya besok, di tempat yang sama denganmu." Zesya merasakan benar-benar kegundahan, saat kembali mengingat tanggung jawabnya yang besar besok hari.

"Lalu,mengapa kau terlihat begitu gelisah? Bukankah itu kabar baik. Seharusnya kau terlihat senang,"tukas Vlecia menepuk bahu kiri Zesya dengan pelan.

"Aku kurang percaya diri!" Ingin rasanya Zesya mengungkapkan keluhannya itu. Namun, nyatanya hanya bisa tertahan di ujung lidahnya saja.

Zesya, si gadis yang susah mengungkapkan perasaan yang sedang ia rasakan.

"I don't want to tell you, I'm ready to listen to you! Apapun itu. Mungkin aku tidak bisa membantumu, tapi setidaknya kau bisa menghilangkan bebanmu saat bercerita."

"Aku dengar di audisi besok merupakan ajang persaingan ketat sepanjang masa. Dari berbagai belahan dunia mengikutinya di negara masing-masing, mereka yang multitalenta begitu banyak bertebaran dalam audisi ini. Sedangkan ... Aku sendiri, tidak memiliki kemampuan di bidang apapun selain pelajaran dan bernyanyi. Aku takut gagal lagi!"jelas Zesya menerawang jauh kegagalannya di masa lalu. Berkali-kali ia gagal, membuat kakinya terkadang lumpuh untuk bangkit.

Vlecia tersenyum kecil, seraya menyandarkan tubuhnya di tembok pembatas ia menatap kendaraan yang berlalu lalang di bawah sana.

"Aku mengerti ketakutanmu, tapi jika ketakutan mu membuatmu menjadi lemah, sepertinya aku tidak setuju. Semakin besar sebuah pohon maka, semakin sering angin menerpanya. Namun, tidak membuat pohon itu menjadi tumbang, bukan? Seperti itu juga manusia. Tuhan menciptakan manusia dengan kelebihan dan kekurangannya. Kamu hanya perlu kembali mencoba dan belajar." Entah mengapa sosok Vlecia mengingatkannya pada Clara. Sahabatnya yang selalu mendukungnya, tidak membiarkan ia jatuh dalam kegelapan sendirian. Clara sendiri bagi Zesya merupakan sosok yang Allah berikan padanya sebagai pelindung.

I'm Not PaparazziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang