53. Kolam Renang.

120 29 98
                                    


"Rasanya aku ingin memberhentikan waktu, sedetik saja."

Saat Zesya baru saja ingin membalas perbuatan Kimberly padanya, pesan dari ayahnya- Adit, pria yang begitu ia cintai itu terlintas di otaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat Zesya baru saja ingin membalas perbuatan Kimberly padanya, pesan dari ayahnya- Adit, pria yang begitu ia cintai itu terlintas di otaknya. Membuat gadis itu terdiam seribu bahasa dengan mata yang memerah. Rasanya ia ingin membalas perbuatan Kimberly yang berbuat jahat padanya.

"Sayang!"

Zesya yang sedang membereskan kopernya menoleh ke arah pintu yang terbuka, memperlihatkan Adit yang tersenyum lembut di depan pintu. Wajah Zesya yang tertekuk hanya menatap Adit tanpa minat. Ia masih sangat kesal karena harus menggantikan Gesya ke Amerika.

"Ayah boleh masuk?" Ijin Adit lembut, tak tahan marah lama-lama pada Adit membuat Zesya megangguk pelan.

Adit melangkah masuk ke dalam kamar putri keduanya itu. Ia menatap sekeliling kamar yang cukup rapi dan bersih, hanya sedikit berantakan karena baju Zesya yang berserakan.

"Zesya nggak mau pergi ke Amerika? Kalau iya bilang aja sayang. Nanti Ayah yang ngomong langsung ke bosnya Kak Gesya." Seraya mengusap lembut rambut Zesya, Adit berkata begitu tulus. Ia boleh membiarkan keluarganya merasa kekurangan uang, tapi tidak dengan kekurangan kasih sayang.

Zesya terdiam beberapa saat, ia tahu jika kontrak ini dibatalkan maka Gesya akan terkena denda sebanyak 1 miliyar. Zesya gak boleh egois.

"Bukan gitu, Yah. Aku cuman sedkit belum siap," ucap Zesya dusta. Ia memaksakan senyumnya dengan baik.

Adit menatap mata Zesya beberapa saat. Mencoba mencari kebohongan di mata putrinya itu. "Jangan bohong sayang! Ayah gak mau putri ayah jadi pembohong."

Seketika kepala Zesya tertunduk di hadapan Adit. Gadis itu tidak berani menatap wajah ayahnya. "Maafin, Zesya. Zesya nggak mau ke Amerika. Zesya nggak mau kesana. Zesya nggak mau keinget sama perjuangan Zesya selama beberapa tahun ini yang gagal cuma-cuma karena percintaan Zesya."

Adit tersenyum kecil, ia menepuk beberapa kali pucuk kepa Zesya dengan penuh kasih sayang. "Perjuangan itu gak ada yang gagal sayang. Cuman waktunya belum tepat. Kamu juga gak salah jika menjalin asmara. Zesya udah besar. Jadi itu wajar. Tapi, yang gak wajar itu kalau Zesya berusaha lupain semuanya. Karena seharusnya, Zesya jadikan itu pelajaran. Bukan untuk dilupakan."

Tanpa aba-aba Zesya menghamburkan pelukannya pada sosok yang berjasa sekali dalam hidupnya itu. Menumpukan seluruh keluh kesah pada Adit adalah pilihan terbaik.

"Makasih ayah. Makasih, makasih karena udah ada di dalam hidup Zesya. Zesya sayang ayah. Dan ayah gak perlu khawatir, aku akan ke Amerika tanpa paksaan."

I'm Not PaparazziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang