9. Kehilangan Barang Karena Cimol.

246 73 9
                                    


"Pria sejati itu tidak akan membalas dengan kekerasan pada seorang perempuan."

^^^^^

Fresno yosemite international airport.

Dua puluh tiga jam penerbangan, membuat seluruh tubuh Zesya seolah mati rasa. Tubuhnya pegal sana-sini di seluruh titik yang ada.

Dengan hati yang dongkol Zesya melangkah ke arah toilet sambil menunduk, agak risih dengan budaya baru yang ia kunjungin ini. Begitu asing dan terasa berbeda.

Baru beberapa langkah ia keluar dari gate tubuhnya sudah terjatuh keras menyentuh lantai yang dingin. Tiga orang sekaligus terlibat dalam insiden kecil ini, Zesya mengangkat kepalanya.

"What the hell?!" Pekik Zesya dengan bahasa inggrisnya yang kental. Tas ransel yang sejak tadi ia peluk sudah terjatuh di lantai bersama dengan satu ransel yang mirip dengannya.

"Maaf... Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak sengaja, kalau begitu permisi," gadis bertubuh molek dengan bola mata berwarna biru itu memungut tas ranselnya dengan cepat, kemudian menyingkir secara terburu-buru. Untung saja Zesya benar-benar fasih dalam bahasa inggris. Jadi ia sudah tidak kewalahan lagi mendengar orang berbicara dengan cepat seperti tadi.

Kali ini Zesya berjongkok meraih tasnya. Lalu dalam sekejap tatapannya bertemu dengan kedua mata pria yang terhalang oleh kaca mata hitam itu.

"Apa yang sedang kamu lihat?" tanya Zesya tidak mengerti. Awalnya ia ingin marah karena pria di depannya ini jadi penyebab ini semua, ia secara mendadak menabrak dirinya dan juga gadis eropa tadi.

Pria dengan topi hitam, kaca mata hitam serta masker putih itu berdeham pelan. "Aku juga minta maaf."

Kepala Zesya mengangguk, ia merogoh tasnya untuk meraih ponsel agar dapat dengan cepat menghubungi keluarganya di indoensia.

Mata Zesya melotot saat ia mengintip isi tasnya yang berbeda dengan yang ia bawa dari indonesia. Dengan tangan gemetar Zesya mengeluarkan isi tas itu.

"Jangan bilang ketuker?" tanya Zesya lirih. Ia memeluk dengan erat boneka UFO-nya sambil berjongkok.

Saat tangan menyentuh bahunya Zesya langsung menepisnya dengan kencang. Ia melotot tajam pada pria itu kemudian bangkit dengan perasaan menggebu.

Plak.

Suara tamparan itu menggema. Nafas Zesya yang tidak beraturan kini mengisi kekosong mereka berdua di antara ribuan orang asing.

"Ini semua gara-gara kamu! Coba aja kamu nggak ceroboh, tas aku nggak akan hilang."

Bentak Zesya dengan mata yang memerah. Tidak merasa bersalah sedikit pun saat pria itu menatapnya tidak mengerti.

Baru saja Zesya akan menyemprotkan kalimat pedasnya seorang pria yang lebih tinggi dari mereka berdua mengintrupsi percakapan mereka.

"Ada apa ini? Mengapa kamu marah-marah dengan kakakku," tukas pria berkemeja hitam itu tenang. Zesya menunjuk pria di hadapannya dengan tajam, tidak memperdulikan lagi etika.

"Dia, orang ini, yang kau sebut sebagai kakakmu sudah begitu ceroboh. Hiks... Bagaimana bisa aku hidup di kota sebesar ini tanpa ada barang penting sedikit pun," isak tangin Zesya pecah. Ia menunduk sedih. Pikirannya penuh dengan berbagai pertanyaan tentang insiden barusan.

I'm Not PaparazziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang